Trauma Ternak Sapi Setelah Wabah PMK, Pakar Sarankan Ganti Ternak Domba
Pakar Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Emy Koestanti Sabdoningrum, melihat beberapa masyarakat trauma ternak sapi setelah wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku). Oleh karena itu, Dr Emy menyarankan para peternak untuk ganti ternak domba.Dr Emy menilai, domba dapat menjadi alternatif hewan yang dapat diternakkan pasca PMK. Sebab, domba terbukti menjadi hewan yang dengan gejala PMK tidak separah hewan kuku belah lainnya.“Domba memiliki daya tahan tubuh lebih kuat dari sapi. Karena seperti yang dapat dilihat dampak PMK paling parah ada pada sapi,” ujar Dr Emy, Kamis (12/01/2023).Dr Emy mengatakan, domba juga dapat dikategorikan sebagai hewan yang produktif. Selain sebagai penghasil bulu wol, domba juga dapat dimanfaatkan untuk dikembangkan baik daging maupun hasil kotorannya.Menurut Dr Emy, perlu ada tindakan pencegahan dalam mengurangi risiko penularan penyakit menular lewat pengendalian biosecurity.Pengendalian paling utama adalah lewat pembatasan lalu lintas bagi manusia dan hewan yang masuk ke kandang. Hewan baru harus melewati karantina terpisah dari kandang utama.“Lakukan pembatasan lalu lintas ternak, hanya yang dapat masuk kedalam kandang adalah anak kandang,” katanya.Contohnya, lanjut Dr Emy, pada peternakan yang dikelolanya, kandang dapat dilakukan pemagaran untuk mencegah ada orang lain yang berpotensi membawa carier virus, sehingga dapat menginfeksi ternak pada kandangSelain itu kebersihan kandang sangat penting dalam menjaga kesehatan ternak. Karena kandang yang kotor dan lembab dapat menjadi sarang penyakit ternak.Dalam mengurangi potensi infeksi PMK dimasa yang akan datang, vaksinasi penyakit mulut dan kuku wajib dilakukan kepada ternak yang dimiliki. Vaksinasi dapat dilakukan pada domba yang sedang bunting dan anakan pada umur sapih.“Vaksinasi dilakukan pada domba yang sedang bunting dan anakan pada umur sapih. Untuk yang baru lahir akan terbentuk antibodi dari vaksinasi induk yang bunting,” tandas Dr Emy.
Kabar Trenggalek Hadir di WhatsApp Channel Follow