Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Pemimpin yang Diharapkan Rakyat, Pemimpin yang Memiliki Hati Nurani

Opini oleh: Mochamad Sodiq Fauzi*

Saya sangat bangga dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di negeri kita saat ini. Pilkada ini diawali dengan pemilihan presiden langsung pada tahun 2004 silam yang berjalan dengan lancar dan sukses. Keberhasilan pemilihan pemimpin ini membuat kita bangga dan terharu meski di sana-sini masih ada kekurangan. Kita bangga dan terharu karena kita telah memasuki alam demokrasi.

Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu kabupaten yang ada di pesisir pantai selatan dan mempunyai batas wilayah: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo, timur berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung, selatan berbatasan dengan samudra Hindia, sedangkan Barat berbatasan dengan Kabupaten Pacitan dan Ponorogo. Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu kabupaten yang tertinggal di Provinsi Jawa Timur.

Akan tetapi, saya menaruh harapan pada masa depan Kabupaten Trenggalek karena daerah ini memiliki potensi dalam berbagai hal. Seperti pariwisata, potensi kelautan, potensi pertanian, perkebunan, peternakan dan potensi sumber daya manusia. Alam Kabupaten Trenggalek begitu subur, tinggal dikembangkan. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa sebenarnya banyak persoalan dan masalah yang menumpuk yang belum teratasi hingga kini.

Lalu siapa pemimpin yang ideal Trenggalek masa depan? Apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana melakukannya guna mengatasi persoalan-persoalan itu?

Pada tahun 2024 mendatang, kita akan melakukan Pilkada. Meskipun hingga saya menulis tulisan ini, belum ada jadwal secara pasti untuk program Pilkada tersebut. Tetapi yang pasti, Kabupaten Trenggalek termasuk kabupaten yang akan melakukan Pilkada di tahun 2024.

Sehubungan dengan itu, sejak beberapa waktu lalu telah telah bermunculan desas-desus sejumlah nama sebagai calon Bupati untuk daerah Kabupaten Trenggalek. Menariknya, ada banyak calon yang muncul dari berbagai latar belakang: pendidikan, tempat tinggal (domisili) maupun asal kampung di Trenggalek, pekerjaan (profesi), yang punya duit banyak, yang sedikit atau tidak punya duit, yang belum berpengalaman dan seterusnya.

Semua calon memiliki visi dan misi serta iming-iming program kerja yang bagus-bagus. Mereka melakukan berbagai cara dan upaya, berbagai manuver politik yang halal maupun tidak halal, untuk mendapatkan berbagai dukungan dari berbagai pihak, lembaga, hingga dukungan dari partai politik.

Ihwal halal dan tidak halal ini, saya, warga Kabupaten Trenggalek, menaruh harapan kepada sejumlah calon beserta tim sukses pada pilkada yang akan datang untuk tidak melakukan kampanye kotor. Seperti melakukan politik uang, melakukan politik adu domba, kemudian menjelekkan calon-calon lain atau lawan-lawannya dengan bahasa politik yang kotor.

Sebagai generasi muda Trenggalek, saya merasa prihatin bilamana para calon, tim sukses melakukan cara-cara kotor seperti itu. Untuk itu saya mempunyai dua usulan utama kepada seluruh calon di Kabupaten Trenggalek tercinta.

Pertama, jangan bermain kotor (money politics), dengan memberikan uang haram kepada rakyat (maaf…mungkin juga kepada DPRD, KPU, partai politik dan mungkin juga kepada pihak lainnya).

Jika kita menemukan calon pemimpin Trenggalek yang main uang haram seperti ini, maka secara tidak langsung, sang calon pemimpin tersebut sudah melakukan korupsi tahap awal. Dan cara seperti ini, jelas sangat bertentangan dengan ajaran agama. Kita orang Trenggalek, tidak memiliki budaya seperti ini.

Kedua, jangan saling menjelekan atau mengeluarkan kata-kata dan kalimat kotor yang saling menjelekkan lawan (ini bukan budaya kita, orang Trenggalek). Ingat, bila calon-calon Bupati Trenggalek melakukan dua hal di atas, maka secara tidak langsung mereka telah memberikan pelajaran politik kotor kepada kami generasi muda Trenggalek.

Kami tidak ingin diwarisi dosa asal, dosa kotor semacam itu. Bila hal-hal ini terjadi pada kami kelak, maka kami harus mengatakan: INI SALAH IBU MENGANDUNG!! Maka, rusaklah masa depan Trenggalek dan bangsa ini. Lalu, kita tinggal menunggu badai Tsunami berikutnya yang mengutuk kita karena dosa-dosa kita.

Saya juga mengharapkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) Trenggalek agar tidak terlibat dalam politik praktis. KPU harus netral dan adil. Hal yang sama, saya harapkan kepada DPRD dan pihak lainnya. Pihak-pihak yang menjadi panutan masyarakat ini, hendaknya bersikap netral, bijaksana, adil, dan jujur. Tidak memihak dan tidak terpengaruh dengan uang politik, tidak mencari popularitas dan jabatan.

Akhirnya, kepada seluruh rakyat Trenggalek, jangan sampai terpengaruh dengan uang haram, pilihlah pemimpin sesuai hati nurani kita. Pilihlah pemimpin yang adil, bijaksana, jujur (tidak korupsi), rendah hati (sabar dan tabah), berwibawa (memiliki jiwa kepemimpinan, dan berpengalaman dalam bidang pemerintahan lebih baik)

Pilihlah pemimpin yang sederhana, tidak boros, tidak harus kaya atau banyak uang, tidak suka bergaya hidup mewah, tidak omong yang tinggi-tinggi. Pemimpin yang lebih banyak mendengar orang lain, tidak harus bergelar dokter maupun master.

Akan tetapi pemimpin yang sejatinya itu hendaknya mempunyai visi dan misi serta program kerja yang jelas, yang dibutuhkan oleh seluruh rakyat Trenggalek. Mampu bergaul dengan siapa saja (dengan semua rakyat dalam berbagai lapisan dan golongan, agama, suku dan ras), sehat secara jasmani dan rohani (memiliki iman yang baik).

SEMOGA!!

*Mochamad Sodiq Fauzi adalah Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Trenggalek.

Catatan Redaksi:

Opini kolumnis ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi kabartrenggalek.com.