Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Larung Kepala Mahesa, Mas Bupati Trenggalek: Simbol Kehormatan

Larung Kepala Mahesa di Dam Bagong Trenggalek sudah rutin dilaksanakan dalam tiap tahun. Namun, pada tahun 2023, Larung Kepala Mahesa tampak makin sakral. Karena dimulai ritual dari makam Nyi Roro Krandon.

Berbagai ritual telah dilewati, larung kepala mahesa (kerbau) berlangsung. Tampak Mas Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, beriringan dengan rombongan among tani dan masyarakat dari perkampungan.

Mas Bupati menerangkan, nyadran atau Larung Kepala Mahesa di Dam Bagong sebagai wujud penghormatan leluhur dari masyarakat Kelurahan Ngantru dan Desa Kerjo, Trenggalek. Karena, mereka telah berjasa dalam sektor pertanian.

"Ini prosesi nyadran sudah dilaksanakan. Semoga sedekahnya seluruh warga Desa Ngantru dan sedekahnya seluruh warga Desa Kerjo nanti dibalas oleh Allah dengan rezeki yang melimpah," terang Mas Bupati Trenggalek.

Mas Bupati Trenggalek mengikuti tradisi Larung Kepala Mahesa di Dam Bagong/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)

Dirinya juga memaparkan kepala kerbau tersebut adalah simbol kehormatan dan kepercayaan. Seperti contoh kalau membangun dalam lingkungan pemerintahan kepercayaan masyarakat paling utama.

Tambahnya, kepala kerbau adalah performa kami. Kemudian Kerbau melambangkan makhluk Tuhan yang biasa bekerja keras. Maka kepercayaan dan kerja keras itu yang akan mengantarkan kita pada kesuksesan.

Kemudian, kalau ada yang mengira kepala kerbau itu dilarungkan akan mengapung di air dan bisa menyebabkan difteri (infeksi bakteri), itu salah besar. Sebab dalam tradisi nyadran itu, setelah kepala kerbau dilemparkan, direbut lagi oleh masyarakat.

"Jadi tidak ada yang tertinggal di aliran sungai. Sebenarnya upacara adat ini adalah sedekah untuk masyarakat. Jadi dagingnya dimakan lagi oleh masyarakat," tandas Bupati Trenggalek.