Tradisi rutin masyarakat Kelurahan Ngantru Trenggalek larung kepala mahesa di Dam Bagong kian meriah. Karena, pada tahun 2023 kirab mahesa (Kerbau) menyambung tradisi dimulai dari Makam Nyi Roro Krandon di Desa Kerjo, Kecamatan Karangan.
Kendati, Kanjeng Menak Sopal Trenggalek dalam membangun Dam Bagong berkaitan erat dengan Nyi Roro Krandon. Demikian, cerita rakyat itu dikatakan sesepuh asal Kelurahan Ngantru RT 23, Sudirlan.
Pria berumur 68 tahun itu dengan lihai saat penulis ini menemui. Tahun ini menurutnya adalah sambung tradisi, karena upacara larung kepala mahesa dimulai dari ziarah makam Nyi Roro Krandon, Kecamatan Karangan.
Daftar Isi [Show]
Nyi Roro Krandon Memiliki Hubungan dengan Menak Sopal
Sudirlan (68) mengatakan menurut cerita rakyat waktu dam bagong melaksanakan pembangunan bendungan, dulu ada syarat harus memakai gajah putih, pada saat itu gajah putih dicari dimana-mana tidak ketemu.
"Ternyata di kediaman Nyi Roro Krandon ada gajah putih, namun tidak boleh dibeli. Akhirnya gajah putih dipinjam. Kemudian untuk memenuhi syarat pembangunan gajah putih disembelih," katanya saat bercerita.
Dengan demikian, kaitan Nyi Roro Krandon dan Menak Sopal dalam hal membangun dam bagong soal gajah putih. Sehingga tahun ini, disambungkan kembali kirab mahesa dimulai dari makan Nyi Roro Krandon.
"Alhamdulilah melalui koordinasi pemerintah setempat tahun 2023 kirab mahesa dimulai dari Makam Nyi Roro Krandon," terangnya kepada penulis.
Gajah Putih Diganti Kerbau
Sudirlan menerangkan dalam tradisi larung kepala mahesa (kerbau) dari cerita rakyat gajah putih kini menjadi kerbau. Namun, tak mengurangi sakral tradisi yang telah dipertahankan sejak dulu.
Kala penulis ini melihat, kerbau hitam nampak dihias dalam kendaraan pickup untuk dibawa ke pendapa manggala praja nugraha. Setibanya di sana masih ada prosesi dengan Bupati Trenggalek.
"Sampai di Kabupaten nanti bakal kami bawa menuju ke setono bagong atau Kelurahan Ngantru tepatnya di area Dam Bagong Trenggalek," paparnya.
Ngasah Pungkasan Mahesa
Setiba di Pendopo Manggala Praja Nugraha rombongan pengiring mahesa merapat ke Bupati Trenggalek. Rangkaian sakral ini sebagai wujud ngasah pungkasan mahesa.
Suherlan menerangkan, kegiatan itu sebagai rangkaian mengasah alat untuk memotong mahesa. Senjata untuk memotong mahesa harus tajam, dengan demikian harus diasah.
"Alat dibuat menyembelih hewan harus tajam karena kasihan apabila tidak tajam akhirnya diasah dulu oleh bupati, untuk menyembelih hewan dan agar cepat matinya," ucapnya.
Saat mahesa telah disembelih, nantinya daging bakal dibagikan kepada masyarakat sekitar. Kemudian, kepala dan beberapa organ tubuh bakal dilarung di Dam Bagong Trenggalek.
Sebelum disembelih, mahesa dijamas (dibersihkan) terlebih dahulu. Kemudian air yang dibawah adalah khusus yang diberikan oleh Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, pasca mengasah pungkasan.
"Untuk masyarakat bisa berebut kepala mahesa di dam bagong saat dilarung pada Jumat, 16 Juni 2023," tegas Sudirlan.
Menak Sopak Pahlawan Pertanian
Tambah Sudirlan, Kanjeng Menak Sopal adalah pahlawan pertanian. Menurutnya, sebelum ada dam bagong, petani hanya menghasilkan satu kali panen, namun setelah ada dam bagong 3 kali panen.
"Beliau Ki Ageng Menak Sopal maka diakui beliau pahlawan pertanian saat itu, yang merintis Dam Bagong bisa mengaliri sawah sekian ratus hektar," katanya.
Larung kepala mahesa juga wujud rasa syukur para petani akhirnya bisa panen 3 kali, kemudian diadakan pesta rakyat. Kegiatan itu akunya dalam setiap tahun memperingati bersih desa dan larung kepala mahesa.
"Harapan kami ke depan anak muda bisa tergugah dan ikut berperan dalam melestarikan tradisi turun temurun, sehingga tradisi itu tetap lestari," tandasnya.