Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Wisata Budaya Bumi Menak Sopal, Ini 5 Upacara Adat di Trenggalek

Kabupaten Trenggalek selalu memiliki kejutan bagi siapapun, baik warga setempat hingga wisatawan luar kota. Karena selain keindahan alamnya, Trenggalek juga memiliki upacara adat yang beragam.

Kekayaan alam dan budaya Trenggalek ini sangat menarik. Oleh karena itu Kabar Trenggalek akan membagikan daftar upacara Adat di Trenggalek beserta perkiraan hari pelaksanaannya.

Sebelumnya, upacara adat di Trenggalek mengacu pada penanggalan Jawa. Sehingga setiap tahunnya bisa berubah-ubah jika mengacu penanggalan masehi. Hal ini menambah kekayaan budaya di Trenggalek. Meskipun zaman sudah berkembang, tradisi di Trenggalek tetap dilestarikan secara turun temurun.

Daftar Upacara Adat di Trenggalek

1. Bersih Dam Bagong atau Nyadran

Warga berebut kepala kerbau saat upacara Nyadran/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)

Upacara Adat Bersih Dam Bagong atau Nyadran adalah tradisi yang dilakukan secara turun-temurun. Yang dilaksanakan oleh masyarakat sekitar Dam Bagong Trenggalek.

Upacara adat ini rutin digelar setiap Jum'at Kliwon bulan Selo. Melansir laman DMPTSP Kabupaten Trenggalek, upacara adat ini sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta untuk memperingati jasa pembuat Dam Bagong yaitu Menak Sopal.

Dalam legendanya, Menak Sopal adalah pahlawan Trenggalek di masa lalu yang telah membendung sungai di Trenggalek. Dengan tujuan mengeringkan rawa-rawa dan membuat saluran irigasi.

Dalam proses pembangunannya, Menak Sopal diganggu oleh siluman buaya putih. Singkat cerita, agar pembangunan Dam Bagong tidak gangguan siluman buaya putih terus perlu tumbal kepala gajah putih.

Singkat cerita, Menak Sopal mendapatkan gajah putih untuk ditumbalkan kepalanya dari Ponorogo. Setelah diberi tumbal, pembangunan Dam Bagong bisa diselesaikan dan tidak ada gangguan lagi.

Sekarang kepala gajah putih ini digantikan dengan kepala kerbau. Dalam pelaksanaannya, kepala kerbau diarak dan kemudian dilempar ke Dam Bagong.

Saat prosesi pelemparan inilah yang paling seru. Karena warga sudah bersiap di bawah dam bagong untuk memperebutkan kepala kerbau ini. Upacara Adat Bersih Dam Bagong ini juga biasa disebut dengan Nyadran. 

Masyarakat di 2 Kecamatan dan 11 Desa melaksanakan upacara bersih dam Bagong.  Setiap pelaksanaan bersih dam Bagong disembelih seekor kerbau menggantikan gajah putih. Kepala dan daging kerbau dilemparkan ke dam Bagong dan diperebutkan masyarakat sekitar.

Sebelum dilempar ke dalam bendungan, terlebih dahulu potongan kepala kerbau dan beberapa bagian tubuh kerbau diarak keliling kampung menuju makam sesepuh Trenggalek, Ki Ageng Menak Sopal dan selanjutnya dilakuan berbagai prosesi seremonial. Dilanjutkan dengan acara Ruwatan Wayang Kulit dengan cerita Udan Mintoyo serta Ziarah ke makam Menak Sopal.

Para petani di Kabupaten Trenggalek menggelar upacara adat bersih dam Bagong atau yang lebih dikenal dengan istilah "Nyadran" ini sebagai bentuk rasa syukur dan mengenang jasa jasa Ki Ageng Menak Sopal yang berhasil membangun pusat irigasi persawahan. Tradisi bersih dam Bagong dilakukan setiap memasuki bulan Selo tepatnya hari Jum’at Kliwon.

Bersih Dam Bagong atau Nyadran dilakukan setiap Jumat Kliwon, Bulan Sela. Pada tahun 2023 ini, kami belum menemukan Jumat Kliwon, Bulan Sela, jatuh pada tanggal berapa. Tapi, untuk jadwal pasti upacara adat Bersih Dam Bagong atau Nyadran akan kami konfirmasi lebih lanjut.

2. Bersih Belik Sumbergedong

Upacara Adat Bersih Belik Sumbergedong/Foto: Satpol PPK Trenggalek

Upacara adat Bersih Belik Sumbergedong ini dilaksanakan warga Kelurahan Sumbergedong sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang mana upacara adat ini dilaksanakan di Belik Gedong; belik adalah sebutan sumber mata air bagi orang Jawa.

Upacara adat ini diawali dengan mengantar monggang di petilasan Belik Gedong  milik Eyang Patih Singoyudo Manggoloyudo. Monggang adalah sesajen yang berupa makanan dan diletakkan pada pelepah pisang dibentuk persegi.

Dalam proses pengantaran monggang ini diringi gamelan. Sehingga pelaksanaan upacara adat ini sangatlah sakral dan memiliki filosofi mendalam.

Bersih Belik Sumbergedong dilakukan setiap Jumat Kliwon, Bulan Sela. Pada tahun 2023 ini, kami belum menemukan Jumat Kliwon, Bulan Sela, jatuh pada tanggal berapa. Tapi, untuk jadwal pasti upacara adat Bersih Belik Sumbergedong, akan kami konfirmasi lebih lanjut.

3. Upacara Adat Longkangan

Kapal warga yang dihias saat Upacara Adat Longkangan/Foto: Setda Trenggalek
Longkangan merupakan upacara adat masyarakat nelayan di Kecamatan Munjungan. Upacara adat ini dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas melimpahnya tangkapan hasil melaut.

Sekaligus, tradisi ini juga berfungsi peringatan kepada leluhur yang membuka kawasan Munjungan utamanya Rara Puthut yang konon oleh Ratu Pantai Selatan. Rara Puthut ini juga dipercaya yang menguasai kawasan pantai di Kecamatan Munjungan.

Adat Longkangan ini rutin diperingati di Pantai Blado yang terletak di desa Munjungan kecamatan Munjungan. Pantai ini terletak di 49 km arah Selatan dari kota Trenggalek, ± 230 km dari Surabaya. Upacara adat ini biasa dilakukan pada siang hari menjelang sore.

Upacara di awali dengan diawali kirab Tumpeng Agung dari Pendopo Kecamatan Munjungan sampai di Pantai Blado yang dipimpin langsung oleh Camat Munjungan dan diikuti semua Kepala Desa se-Kecamatan Munjungan.

Kirab ini diiringi oleh dayang-dayang serta rombongan jaranan yang berpakaian adat Jawa. Sesampainya di Pantai Blado prosesi Longkangan dimulai. Seperti Labuh larung sembonyo, dalam tradisi longkangan ini juga wajib ada kesenian tayub untuk pelengkap prosesi ini.

Upacara Adat Longkangan ini memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Hampir bisa dipastikan setiap kali upacara ini digelar selalu ramai orang yang menyaksikan.

Baik di sepanjang jalan yang dilewati rombongan kirab maupun di lokasi upacara adat ini. Sebagai puncak acara adat longkangan ini dilakukannya prosesi menghanyutkan Tumpeng Agung di tengah lautan Pantai Blado.

Longkangan dilakukan setiap Jumat Kliwon, Bulan Sela. Pada tahun 2023 ini, kami belum menemukan Jumat Kliwon, Bulan Sela, jatuh pada tanggal berapa. Tapi, untuk jadwal pasti upacara adat Longkangan, akan kami konfirmasi lebih lanjut.

4. Upacara Adat Labuh Laut Larung Sembonyo

Kemeriahan Larung Sembonyo tahun 2022 lalu/Foto: Linggar Budi Nuansa

Labuh Laut Larung Sembonyo adalah budaya sedekah laut yang telah dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat nelayan sekitar Pantai Prigi. Upacara adat ini juga merupakan bentuk rasa syukur masyarakat nelayan Prigi akan hasil laut yang telah diperoleh.

Dalam upacara adat Larung Sembonyo terdapat rangkaian ritual yang memiliki filosofi permohonan akan keselamatan masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang mana kebiasaan ini telah dilakukan secara turun temurun.

Selain itu, upacara ini juga sebagai rasa hormat kepada leluhur yang telah membuka wilayah yang kini menjadi pemukiman. Leluhur yang dimaksud adalah Tumenggung Yudho Negoro dan keempat saudaranya.

Upacara adat ini rutin digelar setiap tahunnya. Bahkan, warga sekitar meyakini ketika upacara adat ini tidak dilaksanakan, maka akan terjadi panen yang gagal, sulitnya menangkap ikan, wabah atau penyakit yang menyebar, bencana alam, dan berbagai kesulitan lainnya.

Upacara Larung Sembonyo juga biasa disebut dengan istilah, seperti, sedekah laut, larung sembonyo, upacara adat sembonyo, mbucal sembonyo, atau bersih laut.

Labuh Laut Larung Sembonyo dilakukan setiap Senin Kliwon, Bulan Sela, yang tahun ini jatuh pada tanggal 29 Mei 2023. Untuk jadwal pasti upacara adat Labuh Laut Larung Sembonyo, akan kami konfirmasi lebih lanjut.

5. Upacara Adat Sinongkelan

Ritual Upacara Adat Sinongkelan/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)
“Sinongkelan” merupakan upacara adat yang berasal dari Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek. Sinongkelan dilaksanakan bersama dengan perayaan Bersih Desa.

Upacara adat Sinongkelan ini yang melatarbelakangi terbentuknya Desa Prambon. Sinongkelan diadakan sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Desa Prambon atas perjuangan leluhur dalam menjaga kelestarian lingkungan Desa Prambon dari ancaman bencana.

Upacara Adat Sinongkelan oleh masyarakat Desa Prambon ini menjadi bentuk penghormatan kepada Kanjeng Sinongkel. Beliau adalah salah satu sosok pemimpin sekaligus pahlawan bagi masyarakat Desa Prambon yang mampu mengatasi bencana dengan pertanian.

Sinongkelan juga mempunyai keterkaitan dalam budaya masyarakat yakni gotong royong antar sesama warga, ketertiban, kepatuhan terhadap budaya dan persaudaraan.

Dalam tradisi Sinongkelan menggunakan sesaji dan mantra yang diberikan sebagai bentuk rasa syukur. Pada kebudayaan Jawa memiliki makna simbolik yang digambarkan lewat sesaji.

Sesaji adat Sinongkelan memiliki makna yang berhubungan dengan ajaran kehidupan, misalnya untuk mengingat sejarah, selalu menghargai perbedaan, selalu ingat kepada para leluhur, selalu bersyukur dan sebagainya.

Sinongkelan dilakukan setiap Jumat Legi, Bulan Sela, yang tahun ini jatuh pada tanggal 9 Juni 2023. Untuk jadwal pasti upacara adat Sinongkelan, akan kami konfirmasi lebih lanjut.