Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Hari Air Sedunia 2023, Rakyat Trenggalek Jaga Sumber Air dari Ancaman Tambang Emas

Kelestarian lingkungan hidup dan ketersediaan sumber air menjadi sorotan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan masyarakat Trenggalek. Hal itu ditunjukan dengan adanya sarasehan dalam peringatan Hari Air Sedunia 2023, Selasa (21/03/2023).

Dalam sarasehan tersebut, Pemkab Trenggalek mengusung tema "Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Mempercepat Perubahan dalam Mengatasi Krisis Air".

Berbagai lapisan elemen masyarakat dan organisasi turut hadir sebagai pembicara. Dari Aliansi Rakyat Trenggalek diwakilkan oleh Mukti Satiti (Jhe Mukti), Gerakan Pemuda Ansor Trenggalek di wakilkan oleh Muhamad Izudin Zakki (Gus Zaki), dan Pemuda Muhammadiyah Trenggalek diwakil Wahid Syahril Sidiq.

Sebelumnya, kegiatan diawali penanaman pohon di Desa Karangrejo Kecamatan Kampak. Saat kegiatan penanaman pohon tersebut, dalam sambutannya Edi Soeprianto Sekretaris Daerah (Sekda) Trenggalek mengungkapkan, jika tujuan penanaman pohon ini dilakukan demi melestarikan lingkungan dan ketersediaan air di Trenggalek.

“Kondisi air di Trenggalek tidak separah dengan daerah lainnya. Perlu kami ketahui, ketika hujan ketersediaan air melimpah. Namun, ketika kemarau ada desa yang meminta kiriman air,” ucap Edy.

Edi menambahkan, manfaat penanaman pohon ini sebagai perbaikan hutan di Trenggalek dan sekaligus merawat sumber mata air yang ada. Dengan penanaman pohon ini, Edi mengungkapkan sebagai pengganti atas pohon yang telah ditebang.

Agar semangat menanam pohon lebih menyebar, lanjut Edi, para ASN Trenggalek juga harus donasi pohon. Sehingga, pohon itu bisa ditanam dalam hutan serta sebagai tanaman desa wisata.

“Ini bagian dari program merawat air dan kelestarian lingkungan. Apalagi Bupati Trenggalek saat ini sedang didapuk menjadi pembina pro iklim nasional,” tandasnya.

Menyikapi penanaman pohon dan sarasehan ini, Jhe Mukti, koordinator Aliansi Rakyat Trenggalek (ART), mengapresiasi kegiatan yang telah dilakukan Pemkab Trenggalek.

Menurut Jhe Mukti, penanaman pohon dan sarasehan ini sudah bisa dikatakan sebagai indikator Pemkab Trenggalek peduli terhadap kelestarian lingkungan, khususnya kelestarian sumber mata air dan ekosistem karst.

Selain itu, Jhe Mukti juga mengkritik apa yang dilakukan Pemkab Trenggalek ini harus ada tindak lanjut yang berarti.

Menurut Jhe Mukti, bentuk kesungguhan Pemkab Trenggalek dalam kepedulian menjaga kelestarian lingkungan harus diwujudkan dalam bentuk peraturan daerah (Perda) dan peraturan lainnya yang memiliki kekuatan hukum positif.

Aliran sungai bawah tanah yang terhubung ke sungai permukaan
Aliran sungai bawah tanah yang terhubung ke sungai permukaan/Foto: @simaswatantra (Instagram)

"Itu kalau saya melihat secara utuh, ya perjalanan selama ini itu mungkin yang terlihat itu hanya seremonial-seremonialnya saja. Untuk tindak lanjut ke dalam implementasi dalam peraturan hingga rencana aksi itu masih belum ada," ungkap Jhe Mukti.

Terutama dalam pengelolaan ekosistem karts di Trenggalek, Jhe Mukti juga Dinas PKPLH yang belum ada gerakan sama sekali sejak 2018. Padahal, sejak tahun 2018 sudah terbit Dokumen Penataan Pengelolaan Ekosistem Karts Kabupaten Trenggalek.

Dokumen tersebut telah diterbitkan oleh Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

"Sementara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga sudah mendorong supaya itu direalisasikan gitu, untuk perlindungan ekosistemnya [karst] Trenggalek sendiri," ucap Jhe Mukti.

Jhe Mukti menambahkan, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) juga harus berkolaborasi jika ingin kelestarian lingkungan di Trenggalek benar-benar dapat terealisasi.

Peran dan pentingnya ada Perda dan peraturan lainya, kata Jhe Mukti, untuk mengatur kebijakan dan siapa saja yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kebijakan tersebut.

"Terus rencana aksinya harus jelas, kelembagaannya pun harus jelas. Siapa yang akan melakukan dan mereka mau melakukan apa. Siapa yang melakukan apanya jelas gitu. Kalau ndak seperti itu ya, nggak bakalan bisa," tambah Jhe Mukti.

Partisipasi Masyarakat Menjaga Lingkungan dan Sumber Mata Air

Pipa di Sumber Air Nguncar untuk distribusi air
Pipa di Sumber Air Nguncar untuk distribusi air/Foto: Kabar Trenggalek

Peran masyarakat dalam menjaga lingkungan dan sumber mata air di Trenggalek menurut Jhe Mukti sangat penting. Karena masyarakat adalah pelaku utama di akar rumput.

Juga masyarakat di akar rumput sudah mulai memiliki kesadaran dalam menjaga lingkungan. Hal itu ditunjukan dengan desa-desa yang mulai sadar pentingnya Peraturan Desa (Perdes) untuk kelestarian lingkungan hidup.

“Tapi  ketika itu sudah dipayungi [hukum] dengan menjadi kepentingan bersama dan menjadi kepentingan daerah sebagai ada peraturannya yang mengatur bagaimana apa yang boleh, apa yang tidak boleh. Dan bagaimana rencana aksinya, road map-nya, seperti apa berbicara masalah kelestarian air dan perubahan iklim. Nah, itu kelembagaannya siapa yang akan melakukan itu,” tegas Jhe Mukti.

Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Trenggalek, Muhammad Izuddin Zakki (Gus Zaki) mengungkapkan hal serupa terkait pentingnya peraturan hukum dalam menjaga lingkungan hidup di Trenggalek.

Menurut Gus Zaki, dengan adanya peraturan hukum seperti perda dan lain-lain ini agar terdapat kesinambungan antara kehendak masyarakat dan pemerintahan terkait. Selain itu, dengan adanya peraturan hukum ini, jika terjadi dinamika pergantian orang yang menduduki pemerintahan, maka programnya bisa berlanjut.

Adanya peraturan hukum ini, lanjut Gus Zaki, bisa menjadi kekuatan payung hukum bagi masyarakat Trenggalek untuk terus menjaga kelestarian lingkungannya. Seperti ancaman tambang emas di Trenggalek oleh PT SMN.

“Tapi kalau sudah sifatnya dari pemerintah, perda ini kan punya kekuatan hukum dan untuk meneruskan keberlanjutannya itu sangat-sangat mungkin dan besar,” ujar Gus Zaki.

Gus Zaki mengungkapkan, selama dia berkeliling ranting dan rayon GP Ansor di Trenggalek, anggotanya dan masyarakat lainnya juga sudah mulai menyadari pentingnya menjaga lingkungan hidup. Bukan tanpa alasan, kebanyakan anggota GP Ansor Trenggalek berada di daerah pegunungan dan memiliki kedekatan dengan lingkungannya.

Mbah Karni membakar peralatan ritual adat di Sumber Air Plancuran/Foto: Kabar Trenggalek

Alhamdulillah sekarang sudah-sudah banyak yang sadar dan saya bisa mengatakan masyarakat Trenggalek ini kritis.Dan masyarakat Trenggalek saya pikir sudah sadar lah sekarang tentang pentingnya menjaga lingkungan, antusias,” ungkap Gus Zaki.

Hal senada juga diungkapkan Wahid Syahril Sidiq. Sidiq mengatakan, jika pemerintah sudah mulai membuat kebijakan dan memiliki payung hukum yang kuat, besar kemungkinan masyarakat juga menyambut baik untuk melestarikan lingkungan.

Sidiq menambahkan, dengan begitu, kebijakan pemerintah untuk melestarikan lingkungan hidup bisa secara nyata dan terus konsisten.

“Ya, kalau dari pemuda Muhammadiyah kita siap berkolabkrasi, kita siap membantu bagaimana melestarikan lingkungan. Salah satunya dengan kegiatan-kegiatan untuk penghujauan di tempat-tempat yang ada sumber mata airnya, sekaligus gerakan-gerakan untuk bagaiman membuat lingjunagn mata air itu bersih,” ungkap Sidiq.

Sidiq berharap, Pemkab Trenggalek untuk melihat kondisi masyarakat di akar rumput. Kemudian memberikan edukasi-edukasi tentang pentingnya menjaga sumber lingkungan hidup dan sumber mata air.

“Untuk tentu saja bahu-membahu kita saling menopang untuk bagaimana bersama-sama berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan di Trenggalek,” tandas Sidiq.

Gagasan masyarakat itu mendapat tanggapan dari Heri Yulianto, Kabid Perencanaan Infrastruktur & Kewilayahan Bappedalitbang Kabupaten Trenggalek. Heri mengatakan, Bappeda Trenggalek akan selalu mendukung pembangunan daerah yang mengedepankan pelestarian lingkungan.

Menurut Heri, dukungan itu bisa berupa pembangunan partisipatif yang melibatkan masyarakat, sehingga gagasan pelestarian lingkungan bukan hadir hanya dari top down, melainkan juga bottom up.

"Kegiatan sarasehan yang diinisiasi Pemkab Trenggalek melalui Bapedalitbang ini, menghendaki supaya ide dan gagasan dari para tokoh masyarakat bisa dijadikan sumber kebijakan pembangunan," jelas Heri.