Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Apa yang Terkenal dari Trenggalek? Ini Daftar Wisata, Kuliner, dan Tradisinya

Trenggalek adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang terkenal dengan wisata, budaya, dan kuliner. Trenggalek terletak di pesisir pantai selatan dan berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo, Pacitan, dan Tulungagung. Trenggalek memiliki luas wilayah 1.261,40 km² dan jumlah penduduk 751.079 jiwa (2022).

Dengan kekayaan yang ada, ada ragam wisata, kuliner, dan tradisi yang terkenal dari Trenggalek. Oleh karena itu, dalam artikel kali ini penulis akan memberikan daftar hal-hal yang terkenal dari Trenggalek.

Perlu diketahui, Trenggalek juga memiliki julukan yang begitu terkenal. Di antaranya Kota Alen-alen, Kota Tempe Kripik, dan Bumi Menak Sopal.

Dengan mengetahui hal-hal apa saja yang terkenal dari Trenggalek, bisa meningkatkan kecintaan warga Trenggalek. Serta, jadi daya tarik pelancong untuk singgah. Penasaran apa yang terkenal dari Trenggalek? Simak selengkapnya di bawah ini.

Seni dan Tradisi

1. Tari Jaranan Turonggo Yakso

Tari Jaranan Turangga Yaksa/Foto: Gilang Tri Subekti (Facebook)

Di bidang seni tari, Trenggalek terkenal dengan Tari Jaranan Turangga Yaksa. Kesenian jaranan Turonggo Yakso adalah hasil kreasi dari Bapak Pamrih (almarhum). Di mana dalam kesenian jaranan ini berbeda dari jaranan biasanya. Karena properti jaran digantikan dengan buto.

Tarian jaranan ini memiliki filosofi rasa syukur kepada Tuhan YME atas limpahan rahmat-Nya. Tarian Jaranan Turonggo Yakso ini masuk dalam tradisi baritan. Sebuah tradisi yang dijalankan oleh masyarakat Dongko saat musim panen.

Bahkan, bisa dikatakan secara ikonik tarian ini menjadi simbol Trenggalek itu sendiri. Tarian ini sudah terkenal di Indonesia dan menjadi ikon kesenian Trenggalek. Bahkan, tiap tahunnya ada festival Turonggo Yakso.

2. Seni Tayub

Tayuban setelah Upacara Adat Sinongkelan di Desa Prambon
Tayuban setelah Upacara Adat Sinongkelan di Desa Prambon/Foto: Kabar Trenggalek

Selain tari Turonggo Yakso, Trenggalek terkenal dengan seni Tayub. Seni Tayub bisa dikategorikan tari kelompok, karena yang menari bisa lebih dari satu orang. Terkadang jumlah penari mencapai puluhan, tergantung luas panggung yang tersedia.

Penari tayub identik dengan seorang laki-laki dengan dipandu tledek (pemandu tari perempuan). Para laki-laki ini sebelum ke panggung akan diberikan sampur (selendang) sebagai properti tari.

Seni Tayub biasanya digelar dalam sebuah hajatan, ritual, dan hari peringatan. Kendati, tak setiap orang yang menggelar hajatan bisa menyuguhkan Seni Tayub. Karena biayanya terbilang cukup mahal, seperti menyewa gamelan, membayar panjak (pemain gamelan), membayar sinden (penyanyi), dan tledek.

3. Terbang Elo

Terbang Elo di Desa Pandean Trenggalek
Terbang Elo di Desa Pandean Trenggalek/Foto: Kemenparekraf

Ada salah satu seni bermusik yang terkenal dari Trenggalek, yakni Terbang Elo. Terbang Elo merupakan seni tradisi asal Desa Pandean, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek. Dengan menggunakan alat musik tradisional berupa jedor, kendang Panjang dan rebana. Untuk pemainnya terdiri dari tujuh orang laki – laki lansia, termasuk vokalis.

Syair yang dinyanyikan berisikan pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Serta, syarat akan rasa syukur atas anugerah hidup yang telah diberikan. Untuk menyaksikan seni tradisi Terbang Elo, bisa langsung menuju Desa Wisata Pandean. Pengunjung akan disambut pementasan kesenian ini.

4. Ngitung Batih

Perayaan Ngitung Batih tiap satu muharam/suro di Dongko/Foto: Kabar Trenggalek

Ngitung Batih merupakan sebuah tradisi masyarakat Kecamatan Dongko – Trenggalek dalam menyambut tahun baru 1 Suro atau 1 Muharom. Tradisi Ngitung Batih ini sudah ada sejak ratusan tahun, namun digelar dengan dipusatkan di pusat kecamatan sejak tahun 2014.

Ngitung Batih juga jadi salah satu tradisi yang terkenal dari Kabupaten Trenggalek. Dalam Bahasa Indonesia, Ngitung Batih dapat diartikan sebagai ‘menghitung anggota keluarga’. Jika dikaitkan dengan konteks bagaimana tradisi ini digelar, seluruh anggota keluarga dikumpulkan, dapat dimaknai sebagai perekatan antar anggota keluarga dan sebagai momentum introspeksi diri di tahun baru.

Selain itu, Ngitung Batih sebagai bentuk terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk setahun yang telah berlalu. Dan memohon kebaikan untuk di tahun baru yang akan dijalani.

Ikon Ngitung Batih adalah Takir Plontang. Yakni, sebuah nasi yang dibungkus dengan daun pisang dengan dibentuk persegi panjang. dengan setiap sudutnya dikaitkan dengan janur atau daun kelapa muda. Kemudian, setelah dibacakan doa, Takir Plontang ini kemudian dimakan bersama.

5. Sinongkelan

Upacara adat tradisi Sinongkelan di Desa Prambon, Trenggalek/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)

Trenggalek terkenal dengan Upacara Adat Sinongkelan. Adat ini telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia tahun 2021. 

Sinongkelan merupakan salah satu adat masyarakat Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek. Adat ini rutin digelar sekitar bulan purnama, pada Jum'at Legi di Bulan Sela (kalender Jawa). 

Yang unik dalam Adat Sinongkelan ialah terdapat sebuah cerita legenda Kanjeng Sinongkel. Kanjeng Sinongkel merupakan nama samaran seorang Kanjeng yang melarikan diri ke Desa Prambon. Lebih tepatnya bersembunyi dan berdiam diri di Gunung Slakar Desa Prambon.

Kendati, Kanjeng Sinongkel sampai saat ini belum diketahui secara pasti identitasnya. Beberapa versi mengungkapkan bahwa Kanjeng Sinongkel keturunan Prabu Brawijaya. Ada juga yang mengatakan Kanjeng Sinongkel itu pelariannya Raja Mataram atau Pakubuwana ke-2.

Tiap tahun, Adat Sinongkelan rutin digelar masyarakat Desa Prambon di balai desa. Hal ini sebagai wujud rasa syukur atas hasil perjuangan nenek moyang dalam menjaga alam dan menyejahterakan masyarakat.

6. Larung Sembonyo

Suasana upacara adat Labuh Laut Larung Sembonyo 2023/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)

Kekayaan hasil laut di Kabupaten Trenggalek begitu menyejahterakan masyarakat, terutama para nelayan. Hal itu kemudian melahirkan sebuah tradisi di Desa Prigi, Kecamatan Watulimo, Trenggalek. Yakni Tradisi Larung Sembonyo.

Trenggalek juga terkenal dengan tradisi Larung Sembonyo. Yang merupakan budaya sedekah laut yang telah dilakukan secara turun-temurun oleh nenek moyang nelayan Prigi.

Tradisi Larung Sembonyo jadi bentuk rasa syukur atas tangkapan ikan yang begitu melimpah. Selain itu, juga sebagai wujud permohonan keselamatan masyarakat nelayan Prigi ketika mencari ikan di laut.

Upacara Larung Sembonyo ini lahir dari cerita tradisional mengenai peristiwa gaib ketika seseorang Tumenggung dan pasukannya melakukan perluasan wilayah atau babad alas pada daerah tersebut.

Peristiwa tersebut menjadi asal mula adanya mitos yang berkembang oleh masyarakat pesisir pantai Prigi. Warga pesisir pantai Prigi mempercayai tradisi ini diselenggarakan dalam penanggalan Jawa ketika Senin Kliwon, bulan Selo.

Ketika tradisi ini tidak lagi dilakukan maka warga sekitar akan merasakan ada sesuatu yang terasa kurang. Upacara Larung Sembonyo ini biasanya dilakukan oleh para nelayan melaut di daerah Prigi.

Upacara ini sebagai rasa hormat kepada leluhur yang telah membuka wilayah tersebut sebagai pemukiman. Tumenggung Yudho Negoro dan keempat saudaranya merupakan tokoh penting peristiwa pertama kali ketika membuka lahan di daerah tersebut.

Warga sekitar meyakini ketika upacara adat ini tidak dilaksanakan, maka akan terjadi panen yang gagal, sulitnya menangkap ikan, wabah atau penyakit yang menyebar, bencana alam, dan berbagai kesulitan lainnya.

7. Longkangan

Wakil Bupati Trenggalek, Syah Muhammad Natanegara, sambutan saat tradisi Longkangan/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)

Masyarakat nelayan di kawasan Teluk Sumbreng Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek juga punya tradisi dalam sedekah laut. Tradisi tersebut dikenal dengan Adat Longkangan.

Trenggalek terkenal juga dengan Adat Longkangan ini. Adat ini merupakan upacara labuh laut yang diadakan sebagi simbol perwujudan rasa syukur nelayan di Teluk Sumbreng atas nikmat Allah SWT, yang rutin digelar setiap tahun di Bulan Sela penanggalan Jawa. Lebih tepatnya pada hari jum'at kliwon.

Wujud rasa syukur dalam Adat Longkangan ditandai dengan dilarungnya tumpeng agung ditengah laut Selatan Jawa. Sekaligus sebagai penghormatan kepada leluhur masyarakat yang telah berjasa.

Konon, orang yang membuka kawasan Munjungan sebagai pemukiman adalah Rara Puthut. Rara Puthut dipercayai Ratu Pantai Selatan untuk menguasai kawasan Pantai Ngampiran, Blado, Sumbreng, dan Ngadipuro di Kecamatan Munjungan.

8. Baritan

Tradisi Baritan Desa Salamwates Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek/Foto: Salamwates TV (YouTube)

Masyarakat petani asal Desa Salamwates Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek juga memiliki sebuah tradisi untuk mengungkapkan rasa syukurnya. Yakni lewat upacara adat Baritan.

Trenggalek terkenal dengan Upacara Adat Baritan ini. Pelaksanaan upacara adat ini dulu oleh masyarakat diselenggarakan setahun sekali. Hari dan tanggal penyelenggaraan upacara ditentukan oleh sesepuh (pawang) yakni orang yang dianggap menguasai hal itu. Pendukung upacara adalah para petani masyarakat Dongko.

Perlengkapan Upacara Adat Baritan meliputi ambeng (sajian makanan hasil bumi), longkong, dan dadhung (tali terbuat dari bambu). Sementara, untuk kegiatan dilaksanakan selama tiga hari. Setelah upacara selesai, dilanjutkan dengan pagelaran pentas kesenian langen Tayub dan kesenian lain.

Tujuan Upacara Adat Baritan yakni sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT karena masyarakat Desa Salamwates sudah diberikan kesehatan, ketentraman, dan kemakmuran.

Semua rojo koyo yang ada di Desa Salamwates di bidang peternakan dan pertanian diharapkan dapat berkembang biak. Serta para petani mendapatkan hasil panen yang melimpah dan memuaskan.

9. Nyadran di Dam Bagong

Upacara adat nyadran atau larung kepala kerbau di Dam Bagong Trenggalek/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)

Kabupaten dengan kekayaan budayanya juga terkenal tradisi Nyadran di Dam Bagong. Tradisi ini rutin digelar tiap Bulan Sela (baca: Selo) dalam penanggalan Jawa.

Tradisi Nyadran di Dam Bagong ini diadakan sebagai bentuk rasa syukur petani Trenggalek atas keberkahan yang didapatkan. Selain itu, juga menjadi bentuk penghormatan kepada leluhur yang telah membuka pemukiman di Trenggalek.

Dalam legenda masyarakat Trenggalek, terkenal sosok bernama Ki Ageng Menak Sopal. Yang kini namanya diabadikan sebagai nama stadion di Trenggalek.

Menak Sopal memiliki jasa dalam membendung Sungai Bagong. Dengan dibendungnya sungai tersebut, rawa-rawa di Trenggalek mulai kering dan bisa dijadikan pemukiman. Serta, airnya bisa dijadikan pengairan sawah dan kebun.

Selama pembangunan Dam Bagong, Menak Sopal mendapatkan cobaan. Tiap kali bendungan dibangun, selalu saja roboh dan harus dimulai dari awal.

Setelah mendapat bisikan, ternyata pembangunan tersebut diganggu siluman buaya putih. Agar tidak mengganggu, buaya putih tersebut harus diberi tumbal kepala gajah putih.

Singkat cerita, Menak Sopal berhasil mendapatkan kepala gajah putih dari Mbok Rondo, Krandon Ponorogo. Setelah diberikan kepala gajah putih, Dam bagong akhirnya bisa dibangun dan selesai. Tiap kali tradisi Nyadran digelar, kepala gajah putih digantikan dengan kepala kerbau.

10. Jamasan

Ritual jamasan di Desa Jajar, Kecamatan Gandusari, Trenggalek/Foto: Ansori for Kabar Trenggalek

Tiap mendekati bulan suci ramadan, di Trenggalek ada tradisi yang terkenal bernama Jamasan. Tradisi ini berasal dari Desa Jajar, Kecamatan Gandusari. Jamasan merupakan warisan leluhur yang terus dilestarikan.

Yang membuat unik Tradisi Jamasan yang dilakukan warga Desa Jajar itu, dengan adanya ritual mandi di salah satu tempat sumber mata air.

Berdasarkan pengakuan warga setempat, lokasi jamasan yang biasanya dilakukan di salah satu sumber Wonotirto. Sumber mata air tersebut sudah digunakan warga selama berabad-abad.

Wisata

Trenggalek memiliki berbagai macam objek wisata yang menarik, mulai dari pantai, gunung, gua, hingga air terjun. Beberapa objek wisata yang terkenal di Trenggalek antara lain:

1. Pantai Prigi

View Pantai Prigi - Foto visit.trenggalekkab.go.id

Pantai Prigi Trenggalek merupakan wisata yang telah eksis dari dulu. Pesonanya begitu menarik para wisatawan, baik dari dalam kota maupun luar kota. Pantai ini juga jadi salah satu yang terluas di Trenggalek, sekitar 12 hektare.

Pantai Prigi merupakan salah satu pantai Trenggalek yang bagus. Selain itu, Trenggalek juga terkenal dengan Pantai Prigi. Bahkan, pantai ini jadi ikon wisata di Trenggalek. Karena tak hanya menyuguhkan wisata pantai, di Pantai Prigi juga terdapat Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi.

Pelabuhan itu jadi pusat sentra hasil laut di Kecamatan Watulimo dan jadi yang terbesar di Trenggalek. Berbagai macam hasil laut tangkapan nelayan dijual di sini.

Selain itu, di Pantai Prigi terdapat sebuah ikon, yakni Prigi 360. Di Prigi 360 ini pernah dijadikan tempat perhelatan berbagai macam event, seperti fashion show dan jadi tuan rumah Festival Kesenian Kawasan Selatan (FKKS) 2017.

Pantai Prigi memiliki pasir putih yang bersih, ombak yang tenang, dan pemandangan yang indah. Pemandangannya yang eksotis membuat betah berlama-lama di pantai ini.