Turangga Yaksa Asli dari Kecamatan Dongko
[caption id="attachment_23850" align=alignnone width=1600] Enam siswa SDN 1 Sumberbening menari Jaranan Turangga Yaksa/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Pamrih, tokoh utama dalam karya seni Jaranan Turangga Yaksa. Namanya patut diukir dalam kekayaan kebudayaan Trenggalek. Ia menciptakan gerak tari Jaranan Turangga Yaksa dari kisah-kisah para petani.Kisah Pamrih dan Turangga Yaksa tercatat dalam karya Misbahus Surur, penulis buku "Turonggo Yakso: Berjuang untuk Sebuah Eksistensi)". Surur mencatat bahwa kaidah gerakan-gerakan tariannya (Turangga Yaksa) diadaptasi-elaborasi dari pola gerak petani di lahan pertanian."Pak Pamrih menunjukkan bahwa, misalnya, dalam Turonggoyakso gerak yang bernama ukel-sembahan diadaptasi-elaborasi dari gerak mencabuti rumput yang mengganggu padi, di samping juga bermakna memanjatkan doa permohonan. Gerak ukel-negar sengkrak adalah penerjemahan dari gerak petani saat berjalan di pematang usai mencabut rumput," tulis Surur yang telah dipublikasikan di portal nggalek.co.Maka, tidak keliru jika Turangga Yaksa disebut sebagai tarian para petani dalam menggarap tanah serta menjaganya dari kerusakan. Tari ini masif dipentaskan dalam gelaran-gelaran seni di Trenggalek.Pelestarian kebudayaan asli Kabupaten Trenggalek terus digalakkan. Seperti yang dilakukan Suyatun, meskipun sudah tidak muda lagi. Semangatnya untuk mengajar anak-anak SD dalam seni tari Jaranan Turangga Yaksa adalah bukti bahwa pelestarian kebudayaan berkelanjutan.Kabar Trenggalek - Sosial