Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Jaranan Turangga Yaksa Semarakkan Festival Mata Air Sumberbening, Potret Perjuangan Petani

Kabar Trenggalek - Sejumlah 6 anak dari SDN 1 Sumberbening berlenggak-lenggok mengikuti alunan nada Jaranan Turangga Yaksa. Mereka tampil dengan penghayatan di depan Bupati Trenggalek dan berbagai elemen masyarakat dalam acara Festival Mata Air Sumberbening, Minggu (04/12/2022).Enam anak pemain tari Jaranan Turangga Yaksa itu bernama Daris, Rehan, Iswan, Tito, Aska dan Aza. Mereka didampingi guru kesenian SDN 1 Sumberbening, Suyatun namanya. Ia telah mendedikasikan diri sebagai guru olahraga dan guru ekstrakurikuler seni selama 35 tahun.Anak didiknya dalam hak seni tidak main-main, dalam lomba agustusan ke-77 mereka mendapat juara 1 tingkat kecamatan."Anak didik saya mendapat juara 1 dalam lomba seni agustusan Kecamatan Dongko, alhamdulillah," terangnya saat ditemui usai mementaskan anak didiknya.Suyatun melatih muridnya di sekolah, ia tidak mendirikan sangarnya sendiri. Sebenarnya, ia bertugas sebagai guru olahraga, namun ia juga menjadi guru ekstrakurikuler seni berupa seni tari Jaranan Turangga Yaksa.

Turangga Yaksa Asli dari Kecamatan Dongko

[caption id="attachment_23850" align=alignnone width=1600] Enam siswa SDN 1 Sumberbening menari Jaranan Turangga Yaksa/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Pamrih, tokoh utama dalam karya seni Jaranan Turangga Yaksa. Namanya patut diukir dalam kekayaan kebudayaan Trenggalek. Ia menciptakan gerak tari Jaranan Turangga Yaksa dari kisah-kisah para petani.Kisah Pamrih dan Turangga Yaksa tercatat dalam karya Misbahus Surur, penulis buku "Turonggo Yakso: Berjuang untuk Sebuah Eksistensi)". Surur mencatat bahwa kaidah gerakan-gerakan tariannya (Turangga Yaksa) diadaptasi-elaborasi dari pola gerak petani di lahan pertanian."Pak Pamrih menunjukkan bahwa, misalnya, dalam Turonggoyakso gerak yang bernama ukel-sembahan diadaptasi-elaborasi dari gerak mencabuti rumput yang mengganggu padi, di samping juga bermakna memanjatkan doa permohonan. Gerak ukel-negar sengkrak adalah penerjemahan dari gerak petani saat berjalan di pematang usai mencabut rumput," tulis Surur yang telah dipublikasikan di portal nggalek.co.Maka, tidak keliru jika Turangga Yaksa disebut sebagai tarian para petani dalam menggarap tanah serta menjaganya dari kerusakan. Tari ini masif dipentaskan dalam gelaran-gelaran seni di Trenggalek.Pelestarian kebudayaan asli Kabupaten Trenggalek terus digalakkan. Seperti yang dilakukan Suyatun, meskipun sudah tidak muda lagi. Semangatnya untuk mengajar anak-anak SD dalam seni tari Jaranan Turangga Yaksa adalah bukti bahwa pelestarian kebudayaan berkelanjutan.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *