Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Mengenal Adat Sinongkelan, Warisan Budaya Tak Benda Indonesia 2021 dari Desa Prambon Trenggalek

Arena Parfum
Kabar Trenggalek - Adat Sinongkelan dari Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia tahun 2021. Sidang Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia tahun 2021 dilaksanakan pada 26-30 Oktober 2021 di Hotel Millenium, Jakarta Pusat. Sinongkelan menjadi salah satu dari 289 Warisan Budaya Tak Benda yang ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Minggu (7/11/2021).Dalam sidang penetapan itu, Tohari, Sekretaris Desa Prambon, menjadi perwakilan dari Kabupaten Trenggalek untuk mengenalkan Sinongkelan. Tohari menjelaskan, Sinongkelan merupakan adat istiadat dari nenek moyang Desa Prambon yang dilestarikan setiap tahunnya. Sinongkelan dilaksanakan saat pertengahan bulan atau di sekitar bulan purnama, pada jumat legi, malam sabtu pahing, bulan Sela (dalam penanggalan jawa).

Babad Desa Prambon: Cerita Legenda Kanjeng Sinongkel

Sinongkelan berasal dari kata Sinongkel. Nama Sinongkel merupakan nama samaran dari seorang Kanjeng yang melarikan diri dari sebuah Keraton karena terjadi perang saudara. Kemudian, Kanjeng Sinongkel bersembunyi dan berdiam diri di Gunung Slakar, wilayah Desa Prambon.Sinongkelan dilestarikan setiap tahun sebagai wujud syukur warga Desa Prambon atas hasil perjuangan nenek moyang untuk menjaga alam dan menyejahterakan masyarakatnya. Dalam cerita sejarahnya, dulu di Desa Prambon terjadi bencana alam dan musibah terus menerus. Mengetahui hal ini, Kanjeng Sinongkel berusaha membantu masyarakat Desa Prambon untuk menghilangkan bencana alam dan musibah itu."Dengan adanya bencana alam, musibah, di kala masih berdiam diri di Desa Prambon, Kanjeng Sinongkel melaksanakan ritual, meditasi, ataupun bertapa, letaknya di sekitar Gunung Slakar. Di situ, Kanjeng Sinongkel menemukan petunjuk, bahwa Desa Prambon, biar bencana alam ataupun musibah itu hilang, itu minta tumbal yang disebut Kidang Kencana dengan ciri-ciri Bubat Kawat, Mata Kumala, Bol Karah, Tracak Wojo," jelas Tohari saat ditemui di Balai Desa Prambon.Baca juga: Daftar 35 Desa yang Masuk Program 100 Desa Wisata Trenggalek Tahun 2021Kemudian, Kanjeng Sinongkel mengadakan sayembara kepada masyarakat Desa Prambon untuk berburu Kidang Kencana, yang akan dijadikan sebagai tumbal. Setelah beberapa bulan melakukan perburuan, tidak ada satu warga pun yang berhasil menemukan Kidang Kencana.Mendengar kabar itu, Kanjeng Sinongkel menjadi ragu dengan wangsit tersebut. Akhirnya, Kanjeng Sinongkel mendapatkan petunjuk kembali yang isinya Kidang Kencana dengan ciri-ciri “Bubat Kawat, Mata Kuala, Bol Karah, Tracak Wojo” itu adalah sebuah kiasan.Makna kiasan itu adalah Desa Prambon membutuhkan pemimpin memiliki ciri-ciri "Kidang Kencana" yang artinya suatu cita-cita yang tinggi dan harus digapai. “Bubat Kawat” artinya rakyat jelata atau rakyat kecil yang harus dilindungi. “Mata Kumala” artinya pemimpin yang mempunyai pandangan hidup yang baik. “Bol Karah” artinya rejeki yang harus digunakan dengan bijak. Kemudian “Tracak Waja”, artinya seseorang pemimpin yang bisa membawa rakyatnya kepada arah yang lebih baik."Ternyata sayembara tersebut ndak bisa menemukan Kidang Kencana. Itu ternyata sebuah sanepan [kiasan]. Kidang Kencana Bubat Kawat, Mata Kuala, Bol Karah, Tracak Wojo itu sanepan yang melambangkan seseorang yang mempuyai perwatakan seperti itu. Jadi, mencari tokohlah," ujar Tohari.Baca juga: Keindahan Wisata Pantai Kebo Trenggalek, Rekomendasi Liburan Saat Covid-19 MeredaKetika Kanjeng Sinongkel menyampaikan petunjuk itu kepada masyarakat, akhirnya masyarakat yakin bahwa Kanjeng Sinongkel dapat memimpin Desa Prambon. Kemudian, Kanjeng Siongkel memimpin masyarakat Desa Prambon untuk menghadapi bencana alam dan musibah yang terus menerus terjadi. Sehingga, masyarakat Desa Prambon mampu menjaga alam dan hidup dengan sejahtera."Akhirnya sampai hari ini, setiap bulan Sela itu, nenek moyang turun temurun itu melestarikan kegiatan Sinongkelan, Dirupakan dalam bentuk syukuran dan ada pertunjukkan seni drama perburuan Kidang Kencana," kata Tohari.Hingga hari ini, belum ada yang memastikan siapa jati diri Kanjeng Sinongkel yang sebenarnya. Tohari mengatakan, ada berbagai macam versi yang menduga identitas Kanjeng Sinongkel. Ada yang mengatakan Kanjeng Sinongkel itu masih keturunan Prabu Brawijaya. Ada yang mengatakan Kanjeng Sinongkel itu sebetulnya pelariannya Raja Mataram atau Pakubuwana ke 2."Kalau tulisan-tulisan cerita Sinongkelan mungkin banyak. Tapi kan berbagai macam versi di situ. Kalau kami nulis keaslian dan keabsahan itu, masalahnya narasumber yang valid, kami pun tidak bisa menemukan. Misal yang selama ini warga yang kami tanya-tanyai, biasanya ya hanya seperti itu, ceritanya mbah seperti itu, semua kan cerita legenda," terang Tohari.

Upaya Pelestarian Adat Sinongkelan

Ditetapkannya Adat Sinongkelan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia tahun 2021 menjadi kebanggan tersendiri bagi masyarakat Trenggalek. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pelestarian Sinongkelan ke depannya. Dalam upaya melestarikan Sinongkelan, Tohari mengatakan ke depannya Sinongkelan akan dijadikan sebagai ikon Desa Prambon. Selain itu, pihaknya akan mendirikan bangunan kesenian Balai Sinongkelan."Yang jelas, niatannya desa itu ditingkatkan dengan menjadikan Sinongkelan sebagai ikon Desa Prambon. Kami berupaya untuk membuatkan balai kesenian yang nantinya kita buat namanya Balai Sinongkelan," ujar Tohari.Tohari mengaku, pihak Desa Prambon sudah mengajukan anggaran untuk pelestarian Sinongkelan sejak tahun 2020. Pihaknya sudah menetapkan lokasi pembangunan Balai Sinongkelan. Namun, hingga hari ini, anggaran itu belum terealisasi karena sempat dialihkan (refocusing) untuk penanganan Covid-19 di Kabupaten Trenggalek.Tohari melanjutkan, selain kegiatan ritual Sinongkelan, Balai Sinongkelan juga bisa digunakan sebagai kegiatan hajatan desa yang dilaksanakan setiap tahunnya untuk meningkatkan perekonomian warga Desa Prambon.Baca juga: Menikmati Sensasi Ayam Ungkep Mbah Wandi, Masakan Khas Pule Trenggalek"Terutama pedagang-pedagang lokal desa. Di kala ada kegiatan Sinongkelan itu mendatangkan penonton banyak, akhirnya di situ muncul pedagang. UMKM [Usaha Mikro Kecil dan Menengah] Desa Prambon bisa berjualan di situ," jelasnya."Kami berupaya membuat lapangan desa di seputaran balai Sinongkelan. Jadi bisa mencakup semua kegiatan. Di samping Sinongkelan, ada kegiatan lain seperti kesenian-kesenian lokal desa kami munculkan di situ. Bisa kesenian modern pun kita munculkan. Mungkin UMKM yang lain bisa membuat bazar. Ke depannya seperti itu" terang Tohari.Rencananya, bangunan Balai Sinongkelan akan didirikan di Dusun Klampok. Tohari menjelaskan, saat ini lokasi Balai Sinongkelan sudah diuruk dan akses-akses jembatan ke Balai Sinongkelan juga sudah disiapkan. Ada rencana juga untuk menambahkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Balai Sinongkelan nantinya. Sehingga, Balai Sinongkelan juga bisa digunakan sebagai gedung serbaguna."Jadi Sinongkelan sebagai ikon dan berusaha sebagai wisatanya Desa Prambon. Satu kompleks itu nanti bisa ada wisata sejarah ada RTH-nya. Bahkan untuk kegiatan olahraganya maupun kegiatan sosial masyarakat Desa Prambon dijadikan satu kompleks," jelas Tohari.
Kopi Jimat

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *

This site is protected by Honeypot.