KBRT – Wisata Banyu Lumut di Desa Tegaren, Kecamatan Tugu, kini jauh dari masa jayanya. Tempat yang dulu mampu menarik hingga 10 ribu pengunjung dalam sebulan itu, kini hampir tak lagi didatangi wisatawan.
Ketua Pokdarwis Banyu Lumut, Gunawan (55), menyampaikan bahwa penurunan jumlah pengunjung mulai terasa sejak 2022. Berhentinya promosi dan semakin berkurangnya pengurus menjadi faktor utama lesunya aktivitas wisata.
"Awalnya itu wisata di launching tiba-tiba di tahun 2022 lockdown. Jumlah pengunjung terus menurun. Banyak anggota Pokdarwis mundur atau merantau karena tidak ada kepastian penghasilan," ujarnya.
Gunawan menceritakan, saat dibuka pada 2018, Banyu Lumut pernah mencatat kunjungan mencapai 10 ribu orang dalam sebulan. Capaian tersebut lahir dari kerja aktif Pokdarwis dalam promosi dan penataan kegiatan wisata.
"Pokdarwis dulu berani jemput bola, menyebar brosur ke Ponorogo, Madiun, dan Tulungagung. Di lokasi juga banyak aktifitas yang menarik pengunjung. Warung-warung, musik, acara masih sering ada. Jadi sehari 300–600 pengunjung dulu itu sering," katanya.
Pasca 2022, jumlah wisatawan terus turun hingga hanya puluhan orang per bulan. Ia menyebut saat ini tidak ada petugas yang berjaga setiap hari karena banyak pengurus memilih merantau.
Dengan menurunnya jumlah penggerak di lapangan, pengelolaan Banyu Lumut kemudian dialihkan ke Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), yang kini bertugas sebagai manajer resmi.
Meski begitu, sejumlah penggerak wisata tetap menilai aktivitas pendukung – seperti warung warga, event komunitas, dan keramaian akhir pekan – belum sepenuhnya berjalan kembali.
"Ya biasanya tetap ada warga sekitar Tegaren yang datang mancing atau jalan-jalan. Tapi ya jarang," kata Gunawan.
Ia menegaskan bahwa Banyu Lumut masih memiliki potensi, mulai dari gazebo, wahana flying fox, hingga pemandangan alam yang luas. Namun, menurutnya, wisata tersebut membutuhkan aktivitas yang konsisten untuk kembali menarik pengunjung.
"Pengunjung tidak mungkin datang sendiri, kalau ada modal mungkin Bumdes bisa memdirikan warung kopi dulu biar hidup. Karena Pokdarwis sekarang hanya pelaksana lapangan waktu diperlukan saja," ujarnya.
Gunawan menyampaikan, dulu Pokdarwis mampu menjalankan kegiatan wisata melalui pemasukan dari welcome drink dan retribusi pedagang, sementara hasil tiket tetap masuk pendapatan desa.
Saat ini, Banyu Lumut masih menerima kunjungan dalam jumlah terbatas, termasuk dari paket wisata mahasiswa UPN Surabaya. Ia berharap Bumdes memiliki komitmen penuh untuk menghidupkan kembali aktivitas wisata.
"Setiap waktu saya kalau ada pengunjung datang serepot apapun harus mendampingi, karena kalau terjadi apa-apa semua ikut kena. Ya pertama kali Banyu Lumut perlu modal supaya seperti dulu. Saya harap Bumdes bisa mewujudkannya," jelasnya.
Sampai berita ini diterbitkan, pihak pengelola Bumdes Banyu Lumut belum memberikan tanggapan atas permintaan konfirmasi.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor: Zamz















