Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Pamrih, Kreator Seni Tari Jaranan Turangga Yaksa Khas Trenggalek Meninggal Dunia

KABARTRENGGALEK.com - Masyarakat Kabupaten Trenggalek kehilangan sosok Maestro Kreator Seni Tari Jaranan Turangga Yaksa khas Trenggalek, Pamrih. Nama aslinya Pamrianto, warga Desa Dongko, Kecamatan Dongko, Trenggalek. Kabar duka tersebut disampaikan melalui media sosial Kecamatan Dongko (facebook dan instagram) pada Minggu malam, sekitar jam 19.00 WIB (29/08/2021).“Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Turut berdua cita yang sedalam-dalamnya. Semoga almarhum diampuni segala kesalahan serta diterima segala amal ibadahnya oleh Allah. Dan semoga keluarga yang ditinggal diberikan ketabahan dan kekuatan iman lahir batin," tulis Kecamatan Dongko di media sosialnya.Berkaitan dengan kabar duka ini, Camat Dongko, Teguh Sri Mulyanto, memberi keterangan.“Keluhan beliau (almarhum Pamrih) asam lambung. Tapi karena dirapid antigen reaktif, ya untuk kewaspadaan, dimakamkan secara Prokes (Protokol Kesehatan),” kata Teguh.Mengenang Pamrih, ia adalah sosok Maestro Kreator Seni Tari Jaranan Turangga Yaksa khas Trenggalek. Menurut catatan Trigus D. Susilo di nggalek.co, setelah Pamrih membuat Tari Turangga Yaksa, Pamrih mengikuti lomba kesenian tingkat kabupaten yang diadakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga, Pariwisata dan Budaya (Poraparibud) sekitar tahun 1987.Tarian Turangga Yaksa menjadi pemenang pada lomba tersebut. Pamrih beserta rombongannya berhasil menggondol juara satu. Dinas Poraparibud kemudian mengutus Pamrih untuk mengajari guru-guru seni se-Kabupaten Trenggalek supaya Jaranan Turangga Yaksa dapat dikenal di seluruh pelosok Trenggalek.Tari Turangga Yaksa sampai saat ini masih diajarkan di sanggar-sanggar dan di sekolah-sekolah. Tari Jaranan Turangga Yaksa menjadi jati diri sebagai tarian asli Trenggalek, hasil kreasi seniman tari Trenggalek. Masyarakat Trenggalek bangga memiliki sosok yang telah memberi segala jasa, karya dan inprirasi dari Pamrih.“Di akhir masa hidup beliau (almarhum Pamrih), beliau masih dan terus bersemangat membina para penari muda agar seni Turonggo Yakso tetap hidup, walaupun saat ini masih dalam kondisi pandemi covid-19, jelas Teguh.“Hal ini beliau lakukan untuk menjaga identitas Kabupaten Trenggalek agar tetap disegani kabupaten lainnya melalui seni dan budaya. Karena peradaban sebuah bangsa tergantung pada keluhuran seni dan budaya. Kita sebagai generasi muda, wajib meneruskan perjuangan beliau (Pamrih) agar Kabupaten Trenggalek maju secara ekonominya, sehat orangnya dan lestari budayanya,” terang Teguh.