Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Rela Perang Cambuk, Tradisi Tiban Jadi Ritual Minta Hujan di Trenggalek

Musim kemarau dirasakan di Bumi Menak Sopal. Sumber mata air yang ada di sumur dan gunung mulai tampak mengering, sehingga warga kesulitan mendapatkan air bersih.Ragam ritual untuk meminta hujan di lakukan, mulai dari Salat Istisqa di Rutan Kelas IIB Trenggalek sampai ada warga melakukan ritual perang cambuk atau biasa dikenal dengan tradisi tiban.Tradisi tiban diselenggarakan di Desa Jajar Kecamatan Gandusari, Trenggalek. Tradisi yang menggunakan bahan dari lidi pohon aren itu diyakini masyarakat mampu mendatangkan hujan."Dalam memainkannya, mereka diberikan kesempatan untuk mencambuk lawannya sebanyak tiga kali, secara bergantian. Dalam tiban ini, peserta hanya boleh mencambuk pada bagian perut hingga pundak," terang Ime, Kades Jajar.Peserta tiban mengalami luka hingga mengeluarkan darah. Namun para peserta tetap tegar dan tidak mengeluh kesakitan, serta peserta tidak boleh menyimpan dendam."Tidak ada obat khusus yang digunakan untuk mengobati luka cambuk, biasanya hanya diberi minyak kapak agar lukanya tidak mengeluarkan darah lagi." tegasnya.Dalam pertarungan tiban, tidak ada peserta yang dinyatakan kalah atau menang, Kesenian peninggalan nenek moyang ini telah dilakukan secara turun-temurun sejak ratusan tahun lalu.Tambah Ime, dalam bahasa Jawa, tiban berasal dari singkatan 'tibo udan' atau yang berarti turun hujan. Tradisi semacam ini juga ada di beberapa daerah di indonesia dengan nama yang berbeda-beda."kegiatan ini rencananya akan terus dilakukan hingga wilayah trenggalek turun hujan." tandasnya.