Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel
ADVERTISEMENT

Kemarau Basah, Petani Cabai Trenggalek Rugi hingga Jutaan Rupiah

  • 04 Aug 2025 18:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Fenomena kemarau basah berdampak pada kerugian besar bagi petani cabai di Kabupaten Trenggalek. Curah hujan yang terus mengguyur sejak April 2025 membuat ribuan tanaman cabai mati bahkan sebelum berusia satu bulan.

    Hal itu dialami Heru Purnomo, petani cabai asal Desa Ngulan Kulon, Kecamatan Pogalan. Ia mengaku harus menanam ulang hingga tiga kali karena tanaman cabainya mati akibat hujan yang turun di musim kemarau.

    “Seharusnya habis sekitar 3.000 benih, malah habis hingga 10.000 lebih benih cabai. Ya, baru berumur 1 bulan kena hujan sudah tak bisa diselamatkan lagi,” ujarnya, Senin (04/08/2025).

    Heru memperkirakan kerugian yang dialaminya mencapai Rp800.000 hingga hampir Rp1 juta hanya untuk pengadaan bibit. Bibit cabai ia beli dari daerah Gesikan, Kabupaten Tulungagung, karena harganya lebih terjangkau dibandingkan daerah lain.

    “Satu peti benih cabai berisi lebih dari 100 benih, harganya Rp70.000 sampai Rp80.000. Saya pilih dari luar Trenggalek karena lebih murah,” jelas Heru.

    Heru mengatakan, bukan hanya dirinya yang terdampak. Petani lain di Desa Ngulan Kulon yang menanam cabai dan palawija juga mengalami kerugian karena hujan terus mengguyur sawah mereka.

    “Tahun-tahun kemarin juga sudah menanam cabai. Kali ini petani yang sudah tanam palawija harus rugi. Baik cabai maupun jagung, sama-sama terdampak kemarau basah,” katanya.

    Luas lahan yang digarap Heru sekitar 50 ru (setara 0,35 hektare). Kini, tanaman cabainya telah berumur lebih dari dua bulan, tetapi ia mengaku tidak banyak berharap bisa untung karena sudah merugi besar di awal.

    Heru semula memperkirakan musim kemarau akan datang usai panen padi, sehingga bisa menanam cabai dan palawija dengan nyaman. Namun, harapan itu pupus karena hujan justru masih terus turun.

    “Petani palawija di sini sudah sama-sama pasrah. Tidak berharap banyak karena rugi di awal. Kakak saya juga tanam jagung, tapi tumbuhnya tidak merata,” ucapnya.

    Meski merugi, Heru tetap melanjutkan perawatan tanamannya. Saat ini, cabainya juga diserang hama dan penyakit, salah satunya adalah penyakit daun keriting yang menghambat pertumbuhan tanaman.

    “Kemarin panen padi saya juga gagal karena obat kimia. Kali ini harapannya bisa tetap panen cabai, walau harus merugi dulu karena cuaca yang tidak normal ini,” ucap dia. 

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz