Ikon Trenggalek, Pasar Pon Trenggalek tampak belum diminati pedagang untuk menjajakan jualan. Karena, hingga saat ini sejumlah ratusan kios yang masih tutup dan tak berpenghuni.
Dari data yang diterima Kabar Trenggalek, Pasar Pon memiliki kios atau los sebanyak 713. Hingga pertengahan 2023 sebanyak 107 kios dan los tercatat beroperasi aktif, sisanya sebanyak 606 kios tutup.
Kepala Diskomidag Trenggalek, Saniran, mengakui sudah berkali-kali menyampaikan imbauan kepada para pedagang agar berjualan. Namun karena situasi pengunjung belum begitu ramai, mereka punya perhitungan tersendiri.
"Sering kami sampaikan untuk segera menempati, tapi ya karena situasi belum banyak pengunjung, sehingga hitung-hitung. Misal satu hari pendapatannya tidak ada," ungkap Saniran.
Menyinggung upaya dinas, Saniran menjelaskan, sampai kini pemkab terus berupaya untuk meramaikan Pasar Pon. Beberapa di antaranya adalah mengadakan event, misal memperingati hari koperasi, hingga wisata kuliner tiap weekend.
"Untuk meramaikan di sana. Kemudian hari koperasi juga kita pusatkan di sana. Ada kegiatan jalan santai dan bakti sosial, bazar umkm dan sebagainya," ucapnya.
Melalui event itu, pihaknya berharap Pasar Pon lebih dikenal lagi dan ternyata pasar tradisional itu memiliki aktivitas perdagangan lain.
"Tapi mungkin ada faktor lain, pedagang sudah memiliki hitung-hitungan tersendiri. Tentu mereka menghitung, hari ini saya jualan di sini tapi masih kurang. Sehingga sambil menunggu atau wait and see, mudah-mudahan ada perbaikan ekonomi termasuk setelah Covid-19," tandasnya.
Salah satu pedagang Pasar Pon, Anto, mengatakan minat pedagang mau berjualan itu tergantung kondisi pasar. Apabila daya beli tinggi, pedagang tentu antusias berjualan. Namun ketika daya beli itu rendah, pedagang pun enggan berjualan.
Sejak Pasar Pon beroperasi perdana, lanjut dia, kondisi pasar tidak sesuai harapan pedagang, karena tidak seramai dulu (pasar pon yang lama).
Dalam kondisi itu, sudah beberapa pedagang yang mencoba berjualan lagi. Namun karena daya beli tetap rendah dan cenderung merugi, mereka pun memutuskan menutup dagangan.
"Ada yang buka terus tutup kembali begitu," ujarnya.