KBRT – Pedagang Pasar Pon Trenggalek mengeluhkan kesulitan dalam membayar retribusi pasar karena sepinya pembeli. Di balik bangunan pasar yang kini tampak megah, suasana ramai yang dahulu pernah ada belum juga kembali.
Alimah (52), pedagang perabot yang sehari-hari membuka lapak di Pasar Pon, mengaku belum mampu melunasi pajak sejak diberlakukan kembali pada 2024. Ia menjelaskan, selama 2021 hingga 2023, retribusi pasar digratiskan. Namun sejak 2024, kewajiban membayar pajak kembali diberlakukan.
"Harga pajak yang harus saya bayarkan itu satu juta enam ratus dua puluh lima ribu rupiah per satu petak lapak yang saya gunakan, padahal keadaan pasar itu kerap sepi," ujarnya saat ditemui di lapaknya pada Selasa, 13 Mei 2025.
Alimah, warga Gang Sidomulyo, Sumbergedong, Trenggalek, berharap pembeli kembali ramai agar bisa menopang kebutuhan hidup dari hasil berjualan. Namun, realitas berkata lain. Ia mengaku, dalam satu hari kadang tidak mendapatkan penghasilan Rp100.000, bahkan seringkali nihil.
"Saya sekeluarga penghasilannya ya dari berjualan perabot, dan suami saya yang juga berjualan perabot di pasar basah mengeluhkan di sana juga sepi," terangnya.
Menurut Alimah, sebelum pasar direnovasi, ia memiliki belasan pelanggan tetap yang mengambil barang tiap bulan untuk dijual kembali. Kini, hanya tersisa empat pelanggan, itu pun tidak rutin berbelanja.
Berjualan di kios bagian pojok timur Pasar Pon, Alimah menuturkan bahwa banyak kios di sekitarnya tak lagi dibuka. Ia sering kali menjadi satu-satunya pedagang yang membuka kios di komplek tersebut.
"Pedagang di sini jarang membuka lapaknya, di waktu menjelang hari raya pun tetap sepi. Ya mereka tidak mau buka karena sepi. Sekarang juga ada yang sudah meninggalkan lapaknya karena sudah tidak tahan," jelasnya.
Ia menambahkan, para pedagang hanya mampu membayar retribusi dengan cara mencicil, karena pendapatan harian tidak mencukupi.
Alimah juga bercerita bahwa saat petugas datang menagih pembayaran pajak, ia dan pedagang lain sering kali belum mampu membayar. Ia menyayangkan respons petugas yang dinilainya kurang empatik.
"Saat kami beralasan dagangan sedang sepi, petugas yang menagih pajak malah menjawab, 'saat sepi malah ngeluh, giliran ramai diam saja'. Ya begitulah orang kalau sudah di atas malah seenaknya sendiri," tandasnya.
Kabar Trenggalek - Mata Rakyat
Editor:Zamz