Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account
ADVERTISEMENT
JImat

Musim Tanam, Pedagang Alat Pertanian di Pasar Pon Trenggalek Masih Sepi

  • 27 May 2025 13:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Musim tanam telah tiba, tetapi suasana kios pedagang alat pertanian di Pasar Pon Trenggalek masih sepi, berbeda dengan ramainya aktivitas di sawah dan ladang. Penjual berharap musim tanam dapat mendongkrak penjualan cangkul dan sabit, namun kenyataannya pasar belum kembali ramai seperti sebelumnya.

    Yati (64), pedagang alat pertanian yang telah berjualan selama puluhan tahun di Pasar Pon Trenggalek, mengatakan bahwa musim tanam kali ini belum berpengaruh signifikan terhadap penjualannya.

    “Seharusnya bisa tambah ramai, tapi pasar masih sepi seperti hari-hari biasa,” ujar Yati.

    Menurut Yati, penurunan penjualan ini disebabkan banyak konsumen yang lebih memilih berbelanja alat pertanian secara daring daripada datang langsung ke pasar. Alat pertanian yang dijualnya kini juga mudah ditemukan dan dipesan secara online.

    Ketidakmampuan Yati berjualan secara daring membuatnya hanya mengandalkan kios di pasar yang tidak seramai dulu.

    “Kalau tidak ada pedagang yang ambil ke sini, di hari biasa dapat uang 200 ribu sehari itu saja susah,” ungkap Yati.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Yati menambahkan, setelah pasar direhabilitasi, penjualan harian di kiosnya turun lebih dari 50 persen. Kini, hanya dua hingga tiga pembeli yang datang setiap hari, berbeda dengan masa lalu ketika petani dari berbagai daerah di Trenggalek rutin datang untuk membeli alat pertanian.

    Di kiosnya, Yati menyediakan berbagai alat pertanian seperti sabit, cangkul, dan garu dengan berbagai ukuran dan variasi lengkap. Selain alat pertanian, ia juga menjual peralatan rumah yang sulit ditemukan di toko perabot biasa, seperti katrol timba dan golok.

    “Walaupun jarang ramai, saya tetap berjualan setiap hari. Tapi tidak seperti dulu yang mulai buka dari jam 7 pagi, sekarang bukanya biasa jam 8 atau bahkan jam 9 karena pasar belum dibuka,” jelas Yati.

    Yati ditemani suaminya, Teguh (69), saat menjaga kios setiap hari. Ia bercerita sudah berjualan sejak tahun 1980 dan bertekad tetap menjalani profesinya meski menghadapi kondisi pasar yang sulit.

    Saking sepinya pasar, Yati mengaku sering terlelap tidur saat menjaga kios, namun tetap setia membuka dagangan setiap hari. Ia berharap kondisi pasar kembali stabil dan pembeli ramai seperti dahulu.

    “Suami saya kalau sedang hari pasaran juga berjualan di Pasar Tugu ataupun Pasar Pule, karena saat pasaran di sana pembeli tetap ramai,” tutup Yati.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz