KBRT – Hama wereng coklat kembali menyerang lahan padi Petani Trenggalek. Dalam waktu singkat, hama ini mampu mengubah hamparan padi hijau menjadi kering dan gosong. Sedikitnya 10 hektare sawah di daerah ini dilaporkan puso atau gagal panen total.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Trenggalek, Imam Nurhadi, menyebut laju perkembangan wereng coklat saat ini sangat cepat, terutama pada musim kemarau basah.
“Satu induk wereng bisa menghasilkan 200 hingga 900 telur, dan dalam cuaca yang mendukung, hampir semua menetas. Begitu populasinya meledak, padi bisa mati dalam 2–3 hari,” ujarnya.
Kondisi malam yang lembap akibat hujan, disusul terik matahari pada siang hari, menjadi faktor utama pesatnya perkembangan hama ini.
Dalam waktu singkat, populasi yang awalnya kecil bisa berubah menjadi ribuan ekor.
“Begitu jumlahnya di satu rumpun padi lebih dari 200 ekor, habislah tanaman itu. Mereka mengisap cairan batang hingga tanaman kering,” jelas Imam.
Serangan wereng coklat tercatat hampir merata di seluruh kecamatan, termasuk Gandusari, Kampak, dan yang terparah di Durenan. Baik padi yang masih muda maupun yang sudah siap panen tetap rentan terserang.
“Kalau penanganannya sudah telat, tidak ada obatnya. Panen bisa gagal total,” kata Imam.
Sebagai langkah penanggulangan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mengirimkan lebih dari 1 ton pestisida gratis untuk mendukung gerakan pengendalian hama (Gerdal) serentak. Meski begitu, keberhasilan pengendalian sangat bergantung pada ketepatan waktu dan kedisiplinan petani.
“Ada yang saat tim datang, petaninya tidak ada. Dua hari kemudian, lahannya sudah gosong semua. Ini tidak bisa ditunda,” tegas Imam.
Imam mengimbau petani rutin memeriksa bagian bawah batang padi, tempat wereng sering bersembunyi. Jika ditemukan lebih dari 20 ekor per rumpun, pestisida kimia harus segera digunakan.
“Kalau sedikit, bisa pakai organik. Tapi kalau sudah ratusan, tidak ada pilihan lain selain kimia,” pungkasnya.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor:Zamz