Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Sudah Tahu Trenggalek Dijuluki dengan Kota Apa? Berikut Daftarnya

Trenggalek dijuluki dengan kota apa? Barangkali pertanyaan tersebut terlintas dari pikiran warga luar Kabupaten Trenggalek. Bahkan, bisa jadi warga Trenggalek sendiri belum tahu Trenggalek dijuluki kota apa saja.

Selama ini, sebutan Trenggalek yang sudah melekat dan menyebar antara lain Kota Tempe Kripik, Kota Gaplek, dan Kota Alen-alen. Bukan tanpa alasan, sebutan tersebut, berdasarkan pantauan penulis, sering dikutip dan sebarkan oleh media hingga pemerintah daerah.

Selain tiga sebutan di atas, Trenggalek juga memiliki sebutan lain yang jarang diketahui. Beberapa bahkan tertuang di dalam buku 'Selayang Pandang Sejarah Trenggalek'. Buku yang jarang diketahui oleh masyarakat luas, terutama warga Trenggalek itu sendiri.

Kabupaten Trenggalek berada di Provinsi Jawa Timur. Berbatasan langsung dengan Kabupaten Pacitan dan Ponorogo di sebelah barat dan berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung di sebelah timur. Sementara, di sebelah selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) luas Kabupaten Trenggalek sekitar 1.261,40 km². Dengan dihuni oleh 761,611 jiwa per 2022 

Dengan mengutip dari berbagai sumber, penulis mengumpulkan daftar julukan yang disematkan pada Kabupaten Trenggalek. Adapun sebagai berikut:

1. Trenggalek Kota Pertahanan

Trenggalek dijuluki dengan Kota Pertahanan. Sebab, Kabupaten Trenggalek secara geografi memiliki kawasan pegunungan yang menjulang dan medan naik turun. Kondisi seperti ini sangat pas dijadikan tempat bergerilya saat perang.

Kondisi topografi demikian pula yang menyebabkan Trenggalek jadi 'langganan' kerajaan-kerjaan tempo dulu. Yakni dijadikan lokasi penggalangan pasukan tempur. Serta, daerah pegunungan tersebut cocok dijadikan benteng pertahanan.

Sebagai dalam bukunya Mbah Hamid Wilis yang berjudul "Selayang Pandang Sejarah Trenggalek". Mbah Hamid menyimpulkan asal nama Trenggalek secara definitif adalah daerah atau wilayah yang identik dengan ”tempat yang jauh” alias ”daerah pedalaman”.

Kesimpulan tersebut Mbah Hamid ambil dari penalaran arti nama Trenggalek berdasarkan Kamus Kawi-Indonesia. Kata treng berarti "bagian dalam”, sementara gale berarti ”menolak”. Dapat diartikan juga kata treng sebagai ”tempat”, sementara kata gale berarti ”dalam” atau ”jauh”.

Pada akhir vokal e menimbulkan paragogo, sehingga Treng-gale menjadi Trenggale(k). Tambahan ”k” itu analoginya adalah kata daya menjadi daya(k); adi menjadi adi(k).

"Tempat yang jauh" atau "Daerah pedalaman", menurut Mbah Hamid jika dimaknai dalam konteks kondisi sejarah masa lalu, Trenggalek dapat dikatakan sebagai daerah pedalaman.

Bisa ditunjukan dengan beberapa kerajaan yang silih berganti menguasai Trenggalek. Apapun kerajaannya, Trenggalek selalu jadi daerah terluar dan terjauh dari pusat kerajaan (ibu kota). 

Seperti Trenggalek jauh dari ibu kota Mataram Hindu (yang berada sekitar Yogyakarta), jauh dari Kahuripan (sekitar hilir Sungai Brantas), jauh dari Singasari (di sekitar Malang), jauh dari Kediri (Daha), jauh dari pusat kota Majapahit (di sekitar Mojokerto), jauh dari Demak Bintoro (di Demak), jauh dari Pajang (sekitar Solo-Sragen), hingga juga jauh dari Mataram Islam (di Kartasura dan Yogyakarta).

Kondisi Trenggalek pada zaman dulu juga terkenal sulit untuk dimasuki. Pada era kerajaan dulu, jalan belum semulus dan sedatar sekarang. Masih berupa jalan setapak yang melintasi lembah dan tebing curam.

Selain dalam konteks sejarah kerajaan-kerajaan dulu, di Trenggalek ada Pahlawan Nasional yang begitu fenomenal, namanya adalah Supriadi. Supriadi merupakan salah satu pentolan dalam pemberontakan PETA di Blitar.

Pria kelahiran Trenggalek, 13 April 1923 ini dulunya seorang prajurit militer hasil didikan PETA. PETA adalah pasukan militer yang dibangun oleh Jepang untuk menarik simpati masyarakat Indonesia. Kemudian pada tanggal 14 Februari 1945 ia memimpin pemberontakan PETA.

Pada pemberontakan tersebut kelompok Supriadi kalah. Kendati demikian, karena pemberontakan ini membuat Jepang was-was dengan negara jajahannya. Karena dengan dipantik oleh Supriyadi dan rekan-rekannya ini, bisa saja seluruh rakyat Indonesia bersatu untuk menggulingkan Jepang.

Hingga akhirnya pada hari kemerdekaan Indonesia. 17 Agustus 1945, presiden pertama Bung Karno mengangkat Supriyadi menjadi menteri pertahanan. Namun, Supriadi tak kunjung muncul. Keberadaanya masih menjadi misteri setelah Indonesia merdeka. Hal ini tidak menutup jika Supriadi adalah menteri pertahanan pertama yang dimiliki Indonesia.

Merefleksikan bagaimana sejarah Trenggalek dan tokoh asal Trenggalek (Supriadi) yang jadu Menteri Pertahanan pertama. Maka sebutan Trenggalek sebagai Kota Pertahanan maka tidak salah. Karena fakta sejarah mencatat demikian.

2. Trenggalek Kota Pensiunan

Ada juga sebagian masyarakat, terutama luar Trenggalek, menjuluki Trenggalek sebagai Kota Pensiunan. Penyebutan tersebut diambil dari kondisi lingkungan dan alam di Trenggalek.

Sudah jadi pengetahuan umum bahwa alam di Trenggalek masih asri sehingga membuatnya nyaman untuk ditinggali. Terutama bagi para orang tua pasti lebih memilih tinggal di Trenggalek. Udaranya yang sejuk dan kondisi lingkungan yang menenangkan sangat cocok dijadikan tempat beristirahat.

Selain itu, mayoritas warga Trenggalek adalah perantau, yang mengadu nasib di kota orang. Kemudian, setelah merasa cukup kemudian kembali ke Trenggalek. Mereka juga akan menghabiskan masa tua di tempat kelahirannya, Trenggalek.

3. Trenggalek Kota Alen-Alen

Trenggalek dijuluki dengan Kota Alen-Alen. Sebab, ada salah satu jajanan khas Trenggalek, yakni alen-alen. Jajanan ini sekilas mirip lating, jajanan khas Kebumen Jawa Tengah. Kendati, dua jajanan tersebut berbentuk mirip cincin, dari segi tekstur dan rasa berbeda satu sama lain.

Perlu diketahui, jajanan Khas Kabupaten Trenggalek ini dipopulerkan pada zaman Bupati Trenggalek, Kanjeng Raden Tumenggung Wijoyo Kusumo. Hingga saat ini alen-alen jadi primadona.

Jajanan alen-alen senantiasa hadir di tengah masyarakat, seperti saat hajatan dan hari raya keagamaan. Sehingga Trenggalek disebut sebagai Kota Alen-alen.

Dulu, alen-alen hanya memiliki satu rasa saja, yang sekarang disebut sebagai rasa original. Kini, alen-alen sudah memiliki berbagai varian rasa, ada rasa keju, rasa balado, dan lain-lain

Untuk Anda yang ingin merasakan kelezatan alen-alen bisa membeli di toko-toko jajanan yang ada di Trenggalek.

Namun, jika ingin mencoba varian rasa yang lain, Anda bisa membelinya di ruko-ruko yang berderet sepanjang jalan di Dusun Ngasinan, Kecamatan Pogalan. Lokasinya berada di pinggir jalan raya arah Tulungagung.

Di Pogalan, banyak pedagang yang menjajakan alen-alen dengan berbagai varian rasa. Sebab, Pogalan merupakan pusat sentra alen-alen di Trenggalek.

4. Trenggalek Kota Tempe Kripik

Selain Kota Alen-alen, sebutan Trenggalek yang berkaitan dengan makanan juga ada yang lain, yakni Trenggalek Kota Tempe Kripik.

Tempe kripik merupakan makanan khas Trenggalek. Sama seperti alen-alen, tempe kripik juga begitu melekat di lidah dan hati masyarakat Trenggalek. Tak ayal, jika Trenggalek dikenal sebagai Kota Tempe Kripik.

Rasa tempe kripik yang gurih dan renyah membuat orang yang merasakannya jadi ketagihan. Menyantap tempe keripik tidak perlu risau, karena jajanan ini tidak mengandung bahan kimia.

Tempe kripik juga menjadi camilan yang awet dan tahan lama. Cukup disimpan dalam wadah yang kering dan kedap udara. Selain itu, jajanan ini cocok dijadikan teman menyantap makanan seperti rawon dan soto.

5. Trenggalek Kota Gaplek

Trenggalek dijuluki dengan Kota Gaplek. Salah satu makanan tradisional Trenggalek adalah Nasi Tiwul. Tak hanya di Trenggalek, Nasi Tiwul juga menjadi makanan tradisional di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Nasi Tiwul berbahan dasar gaplek, yakni singkong yang dikeringkan sebelum dijadikan tepung. Selain itu, gaplek juga termasuk salah satu cara mengawetkan singkong untuk dikonsumsi kemudian hari.

Menurut Manuskrip Keraton Kasunanan Surakarta, kata Trenggalek secara sederhana ialah kota gaplek atau daerah penghasil gaplek (makanan yang diolah dari ubi ketela pohon atau singkong). Dalam manuskrip itu, disebutkan nama Galek sudah muncul pada zaman Raja Mataram sebelum Mpu Sindok, yaitu Rakai Dyah Wawa (924-928).

Kata Trenggalek digunakan untuk menunjukkan daerah penghasil gaplek, ketela pohon yang dikeringkan. Gaplek pada zaman itu merupakan makanan rakyat jelata tetapi sekaligus hidangan khusus di kraton.

Gaplek diolah menjadi karak, dimasak seperti masak beras dan dihidangkan bersama-sama dengan air gula merah. Jenis gaplek yang digunakan ialah gaplek yang “terang” berwarna putih bersih.

Daerah penghasil gaplek jenis ini ialah kecamatan Bendungan, Kampak, Munjungan, Panggul, Pule, dan Watulimo. Sementara daerah gaplek paling unggul berasal dari Bendungan. Oleh karena itu, Trenggalek disebut sebagai Kota Gaplek.

6. Trenggalek Bumi Menak Sopal

Trenggalek dijuluki dengan Bumi Menak Sopal. Sebab, ada tokoh legenda asal Trenggalek yang bernama Menak Sopal, yang terkenal sebagai sosok pemimpin Trenggalek di masa lampau. Selain itu, Menak Sopal juga ada yang memberi julukan sebagai Bapak Pertanian Trenggalek.

Pemberian julukan Bapak Pertanian Trenggalek bukan tanpa alasan. Menak Sopal telah berjasa dalam membuat irigasi di kawasan yang saat ini menjadi pusat kota. Dulu, kawasan ini berupa rawa-rawa yang tidak bisa ditinggali.

Kemudian Menak Sopal membuat bendungan yang kini dikenal sebagai Dam Bagong. Sehingga daratan rawa menjadi kering dan bisa ditinggali. Di satu sisi, air yang terbendung bisa dipakai untuk mengairi ladang dan sawah.

Atas jasanya di masa lalu, nama Menak Sopal kini diabadikan menjadi nama salah satu stadion di Trenggalek, yakni Stadion Menak Sopal. Kemudian, Trenggalek juga disebut sebagai Bumi Menak Sopal.

Terima kasih sudah membaca artikel di Kabar Trenggalek. Semoga ulasan tentang 'Trenggalek Dijuluki Dengan Kota Apa?' ini bisa bermanfaat untuk Anda semua.