Kekeringan Trenggalek berdampak terhadap kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Seperti yang dialami masyarakat Desa Cakul, Kecamatan Dongko. Sejak tanggal 25 September 2023, masyarakat mengandalkan suplai air dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek.
Namun, suplai air dari Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek dan pihak kepolisian itu tak datang tiap hari, melainkan seminggu dua kali. Sehingga, warga harus mengambil secara mandiri air bersih dari Desa Pandean (desa terdekat). Informasi ini disampaikan Marsum Kepala Desa (Kades) Cakul.
"[Karena] belum mencukupi, cuma yang pakai minum biasanya kan yang diberi dari BPBD, dari kepolisian memang tiap kekeringan itu rutin. Cuma ndak setiap hari," ujar Marsum saat dikonfirmasi Kabar Trenggalek.
Marsum menerangkan, untuk memenuhi kebutuhan air minum, masyarakat mengambil secara mandiri dari Desa Pandean menggunakan mobil pick-up. Sehingga, masyarakat harus mengeluarkan biaya ongkos mobil.
"Itu rata-rata [ongkos pick-up] Rp. 125 ribu sampai Rp. 150 ribu satu kali perjalanan pulang-pergi. Satu pick-up muat satu tandon," ungkap Marsum.
Ia menerangkan, sebanyak empat wilayah yang terdampak kekeringan. Wilayah tersebut antara lain Dusun Plapar, Karangsudo, Nglaran, dan Njuron (sebagian kecil).
Marsum menambahkan, kondisi geografis pemukiman warga di dusun-dusun tersebut berada di atas sumber mata air. Sehingga tidak bisa dialirkan melalui selang biasa.
Oleh karena itu, masyarakat Cakul sejauh ini masih memprioritaskan kebutuhan air minum. Sementara untuk kebutuhan cuci baju dan mandi, biasanya warga pergi langsung ke dekat sumber mata air.
"Pertanian mati total, warga juga sulit untuk mengambil airnya. Air [yang disuplai BPBD dan kepolisian itu] itu untuk minum saja. Lumpuh total itu, ndak ada airnya. Biasanya ada lombok dan sawi," ujarnya.
Meski harap-harap cemas untuk kebutuhan air warganya kurang, Marsum masih bersyukur kekeringan di tahun ini tidak separah di tahun 2020. Sebab kekeringan di tahun ini diperkirakan berjalan satu bulanan.
"Kalau tahun ini ndak parah, yang parah tiga tahun lalu. Kalau sekarang kekeringannya masih satu bulan, kalau dulu-dulu setengah mati [bisa berbulan-bulan],"ujar Marsum.
Marsum berharap, semoga tahun depan di Desa Cakul segera ada pembangunan pipa untuk menyalurkan air dari sumber ke rumah warga.
"Itu saya mengajukan insyaaallah di-acc anggarannya itu kalau ndak salah hampir 1 milyar 400 juta rupiah. Itu kalau disuplai sudah mencukupi kebutuhan warga," tandas Marsum.