KBRT – Petani Desa Sumberbening, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek mulai mengembangkan tanaman kakao di lahan mereka. Upaya ini dilakukan untuk menambah komoditas unggulan desa yang selama ini dikenal dengan kopi dan kambing etawa.
Salah satu petani, Purwanto (45), warga RT 11 RW 04 Desa Sumberbening, mengatakan dirinya mulai menanam sekitar 30 pohon kakao di dekat kebun kopinya. Menurutnya, kondisi iklim di wilayahnya masih cocok untuk pertumbuhan kakao.
“Kalau tanam coklat itu sudah mulai banyak di sini, melihat di Suruh juga cukup berhasil para petaninya,” ucapnya.
Purwanto menjelaskan, pohon kakaonya saat ini berumur sekitar satu tahun lebih dan belum berbuah. Ia memilih menanam bibit kecil karena dinilai lebih menghasilkan buah yang berkualitas.
Meski begitu, Purwanto mengakui adanya tantangan besar dalam penjualan kakao. Ia menilai harga jual masih tidak stabil, terutama menjelang akhir tahun.
“Kakao kering itu kalau musim begini Rp 50.000, sedangkan yang dijual fermentasi Rp 30.000. Penyusutan kakao ke kering itu sudah 20 persen lebih, jadi hitungannya tetap rugi kalau jual kering,” tuturnya.
Kepala Desa Sumberbening, Suyanto, membenarkan kondisi tersebut. Ia mengatakan, dalam tiga tahun terakhir dirinya juga ikut menanam kakao karena produktivitasnya hampir setara dengan tanaman pala. Namun, harga jual yang tidak menentu masih menjadi kendala utama bagi petani.
“Uniknya kakao itu kalau barangnya semakin banyak harganya bisa semakin mahal. Kalau sedikit seperti saat ini ya murah sampai hitungannya rugi. Pasar ini perlu jadi perhatian pemerintah, supaya harga yang didapat petani bisa selalu adil,” tuturnya.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz













