Kabar Trenggalek - Informasi Berita Trenggalek Terbaru Hari iniKabar Trenggalek - Informasi Berita Trenggalek Terbaru Hari ini

Press ESC / Click X icon to close

Kabar Trenggalek - Informasi Berita Trenggalek Terbaru Hari iniKabar Trenggalek - Informasi Berita Trenggalek Terbaru Hari ini
LoginKirim Artikel

Kopi Robusta Juara Asal Trenggalek Diminati Pasar Luar Negeri, Produksi Masih Dibatasi

Kopi Sengunglung asal Desa Sumberbening, Dongko, Trenggalek menembus pasar luar daerah dan luar negeri, meski produksi masih terbatas karena minimnya bahan baku robusta.

  • 10 Nov 2025 14:00 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Kopi Sengunglung asal Trenggalek kini dipasarkan hingga luar negeri.
    • Produksi masih terbatas karena stok biji robusta belum mencukupi.

    KBRTKopi Sengunglung asal Desa Sumberbening, Kecamatan Dongko, kini mulai dikenal hingga luar daerah bahkan sampai ke luar negeri. Meski demikian, produksi kopi khas lereng Sengunglung ini masih terbatas karena ketersediaan bahan baku belum mampu memenuhi permintaan pasar.

    Purwanto, petani sekaligus produsen kopi Sengunglung asal RT 17 RW 04, Desa Sumberbening, mengatakan produksi bubuk kopi harus dijaga agar stok biji robusta tetap tersedia hingga musim panen berikutnya.

    “Dalam satu tahun, saya harus memastikan hasil panen tahun sebelumnya dapat bertahan sampai musim panen selanjutnya. Karena jika tidak ada, maka seperti tahun lalu banyak pelanggan yang tidak kebagian,” katanya.

    Purwanto mengungkapkan, setiap tahun ia mampu menjual sekitar 40 kilogram bubuk kopi robusta hasil kebunnya sendiri. Untuk menjaga pasokan, ia juga menggandeng sekitar 15 petani lain di sekitarnya.

    Kopi Sengunglung kini telah menembus pasar di berbagai kota seperti Ponorogo, Surabaya, Samarinda, hingga Taiwan. Untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat, Purwanto mulai mengembangkan kopi arabika yang dinilai lebih cepat berbuah dibanding robusta.

    “Arabika umur dua tahun sudah dapat berbuah, kalau robusta minimal tiga tahun. Yang membedakan kopi Sengunglung dengan yang lain itu rasanya ada asam-asamnya yang Arabika, lalu yang Robusta lebih menonjol ke karakter pahit dan aromanya yang kuat,” jelasnya.

    Ia menambahkan, kondisi alam Sengunglung sangat mendukung kualitas kopi. Kebun kopi berada di ketinggian sekitar 1.000–1.200 meter di atas permukaan laut, menjadikan cita rasa kopi lebih khas.

    Selain faktor alam, Purwanto juga menekankan pentingnya pemetikan buah kopi yang benar-benar matang serta proses pemanggangan (roasting) yang dikontrol ketat agar cita rasa tetap konsisten.

    “Kopi yang saya produksi dijual dalam kemasan 100 gram dan 250 gram. Untuk ukuran 100 gram, harga jualnya sekitar Rp25.000–30.000 per bungkus, sedangkan kiloannya sekitar Rp180.000,” katanya.

    Kepala Desa Sumberbening, Suyanto, membenarkan bahwa keterbatasan bahan baku kopi robusta masih menjadi kendala utama dalam peningkatan produksi.

    “Sebelumnya banyak yang kecewa karena mencari kopi robusta yang katanya juara, tapi di Sumberbening kok tidak ada. Bahan baku kopi robusta masih tipis dan pengennya harus murni, makanya produksi sangat terbatas. Sekarang ada arabika, bisa jadi penawar ketika ada yang cari robusta tapi tidak ada,” ujarnya.

    Sejak tahun 2017, Pemerintah Desa Sumberbening telah menetapkan kawasan khusus kebun kopi Sengunglung dengan konsep produksi terpadu, mulai dari penanaman, panen, hingga pascapanen di satu lokasi.

    “Petani juga terus dikenalkan kepada pertanian kopi supaya lebih semangat lagi. Masih banyak lahan kosong yang bisa dioptimalkan untuk meningkatkan daya produksi petani,” kata Suyanto.

    Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz