KBRT – Susu kambing menjadi produk bernilai jual selain daging, tetapi bagi peternak Sumberbening, potensi tersebut belum bisa dimanfaatkan maksimal. Desa yang dikenal sebagai kampung kambing peranakan etawa ini masih melihat pemerahan susu sebagai usaha berisiko tinggi.
Cokris (45), peternak kambing etawa asal RT 11 RW 04 Desa Sumberbening, mengaku pemerahan susu kambing masih berpotensi menimbulkan kerugian.
"Kambing itu kan bunting selama 5 bulan, kalau diperah susunya risiko anaknya kurang sehat atau mati cukup besar," kata dia.
Ia menilai kerugian akibat kematian anakan atau induk tidak sebanding dengan penghasilan dari penjualan susu selama masa pemerahan.
Oleh karena itu, mayoritas peternak di Sumberbening belum berani memerah kambing mereka.
“Kalau misalkan mati, penjualan susu itu saja belum bisa ganti biaya tenaga mencarikan rumput selama lima bulan,” katanya.
Endar (53), peternak kambing perah asal RT 30 RW 11 Desa Suruh, menjelaskan bahwa produksi susu kambing memerlukan perawatan khusus seperti pemberian vitamin dan comboran untuk memenuhi nutrisi induk dan anak.
“Sekarang harga susu kambing itu memang dibilang rendah. Mulai dari Rp 15.000–Rp 20.000, padahal dalam sehari itu satu kambing bisa mendapatkan 2 liter lebih sudah paling banyak,” katanya.
Kepala Desa Sumberbening, Suyanto, mengakui potensi susu kambing perah di desanya belum dapat dimaksimalkan, meski hampir seluruh keluarga di desa tersebut memelihara kambing.
“Otomatis untuk sekarang yang diharapkan peternak itu pasar susu. Sebenarnya saya menawarkan ke rumah sakit, katanya masih dikaji dan belum keluar hasilnya sampai sekarang. Kalau bisa menyediakan pasar yang membeli susu dengan harga Rp 30.000 per liter maka pemerintah sangat bagus sekali, rencananya kami di Koperasi Merah Putih akan mencoba itu supaya manfaatnya bisa langsung dimanfaatkan,” katanya.
Kabar Trenggalek - Mata Rakyat
Editor:Zamz













