KBRT – Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor pariwisata Kabupaten Trenggalek tahun 2025 belum mencapai target. Hingga Oktober 2025, capaian PAD baru menyentuh 56 persen dari total target sekitar Rp9 miliar.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Trenggalek, Edi Santoso, mengakui adanya tren penurunan kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD daerah.
“Kalau dibandingkan dengan sebelah seperti Pantai Mutiara menurun sekitar 20 persen, Tulungagung malah bisa turun 30 persen. Penyebabnya salah satunya daya beli masyarakat kemudian kondisi ekonomi yang masih dinamis,” terang Edi Santoso.
Kondisi ini menandakan sektor pariwisata di Trenggalek masih menghadapi tantangan serius dalam mendorong pendapatan daerah. Padahal, sektor tersebut menjadi salah satu penyumbang PAD terbesar di kabupaten yang dikenal memiliki garis pantai panjang di selatan Jawa Timur itu.
Meski realisasi 2025 belum menggembirakan, Disparbud Trenggalek menargetkan lonjakan PAD pada tahun 2026. Edi Santoso menyebut target tahun depan naik menjadi Rp10 miliar. Ia optimistis peningkatan itu bisa dicapai seiring dengan perbaikan ekonomi nasional dan daerah.
“Harapannya tahun depan ekonomi lebih membaik sehingga wisata bisa pulih dan tumbuh,” ujarnya.
Untuk mencapai target tersebut, Disparbud menyiapkan dua langkah strategis perbaikan infrastruktur wisata.
Pertama, strategi defensif, yaitu memperkuat utilitas dan fasilitas di destinasi yang sudah ada. Kedua, strategi ekspansif, yaitu membuka dan mengembangkan potensi wisata baru.
“Kalau yang mempertahankan utilitas kami masih berkutat di wilayah pesisir karena pantai kami yang menyumbang PAD banyak. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan seperti tempat parkir yang kurang representatif, jogging track yang harus diselesaikan, dan kebersihan yang harus ditingkatkan,” kata Edi.
Langkah ekspansif akan difokuskan pada dua destinasi unggulan, yaitu Goa Lowo dan Tumpak Tileng. “
Goa Lowo mau kami ekspansi dengan dukungan dana hutang yang signifikan. Sedangkan Tumpak Tileng masih alternatif karena lahannya masih dalam proses kerja sama,” imbuhnya.
Menurut Edi, leverage dana hutang untuk sektor wisata cukup besar. “Pasir Putih dan Simba Ronce mendapatkan alokasi sekitar Rp1 miliar dari dana hutang. Kalau hutangnya bisa terealisasi, maka dana induk bisa dialihkan ke sektor lain,” jelasnya.
Kabar Trenggalek - Politik
Editor:Zamz













