Bencana kekeringan di Kabupaten Trenggalek terus meluas ke 7 kecamatan. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek, kekeringan meluas ke Kecamatan Tugu, Kamis (05/10/2023).
Kekeringan di Trenggalek berdampak pada kebutuhan air bersih sehari-hari hingga irigasi pertanian mati. Bahkan, ibu-ibu harus nyuci baju pakai air sisa mandi. Seperti yang dirasakan oleh Muntiani, perempuan di RT 22, Dukuh Kalongan, Dusun Krajan, Desa Prambon, Kecamatan Tugu.
"Mandi itu di bawahnya ada bak mandi. Naik ke dalam wes, airnya buat merendam pakaian," ujar Muntiani kepada Kabar Trenggalek.
Kekeringan di wilayah Desa Prambon sudah terjadi hampir sebulan. Sumur bor di rumah Muntiani menggunakan mesin pompa air. Karena kekeringan, air tidak keluar. Menimba air pakai kerekan juga tidak bisa mendapatkan air.
Akibatnya, Muntiani harus mandi sehari sekali karena air di sumur bor rumahnya kering. Meski sudah menambah kedalaman sumur, tetap saja tidak ada air yang keluar.
"Sumur di rumah kering. Sanyo [pompa air] juga tidak bisa, sudah kering. Di rumah saya ngambil air ke bawah lagi sudah tidak bisa. Sudah kering," ucap Muntiani.
Padahal, Muntiani sangat membutuhkan air setiap harinya. Kebutuhan air sehari-hari itu kebanyakan digunakan untuk memasak, mandi, dan mencuci pakaian.
Dampak kekeringan juga dirasakan oleh Yuyun, perempuan RT 21, Desa Prambon. Tanaman milik Yuyun seperti lombok dan kacang mulai mati karena tidak ada air yang mengaliri lahan pertaniannya. Selain itu, kebutuhan air sehari-hari juga terbengkalai.
"Kebutuhan air buat anak mandi sebelum sekolah. Beberapa hari ndak mandi pagi. Sekolah ndak mandi. Cuma cuci muka," ujar Yuyun.
Yuyun juga memiliki tumpukan pakaian yang belum dicuci. Karena kurang air, ia harus menggunakan sedikit sabun detergen untuk menyuci. Untuk mengakali kekurangan air, Yuyun harus memakai air sisa mandi untuk mencuci pakaian.
"Saya bilas satu kali, busanya dikit. Sebenarnya air sisa mandi sampai dipakai untuk nyuci," ungkap Yuyun.
Saat tumpukan pakaian belum dicuci, Yuyun menunggu datangnya bantuan air bersih dari BPBD Trenggalek. Sayangnya, jadwal bantuan air itu tidak pasti kapan datangnya.
"Pakaian belum kecuci, nunggu bantuan air. BPBD tidak pasti jadwal suplai airnya. Ada warga yang tidak kebagian. BPBD tiga hari yang lalu terakhir suplai air," kata Yuyun.
Menurut catatan BPBD Trenggalek, kekeringan di Desa Prambon melanda RT 21, 22, dan 23. Selain suplai air dari BPBD, masyarakat juga mendapat bantuan tandon air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Trenggalek.
Karena bantuan air tidak rutin dayang, Muntiani, Yuyun, dan masyarakat terdampak kekeringan lainnya terus berupaya mencari air di sekitar wilayah mereka. Masyarakat harus mengambil air di tempat yang jauh, lalu mengangkutnya ke rumah masing-masing.
"Tadi barusan ngangkut air di sumber, di sumur dekat sawah. Air di sumur ada sedikit-sedikit," terang Yuyun.
Menurut keterangan Yuyun, di Dukuh Kalongan setiap musim kemarau mengalami kekeringan. Akan tetapi, tahun 2022 tidak ada kekeringa. Terakhir terjadi bencana kekeringan pada tahun 2021.
Hingga hari ini, dampak kekeringan membuat masyarakat kebingungan untuk memenuhi kebutuhan air bersih setiap harinya. Apalagi, menurut prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim hujan di Trenggalek baru datang pada awal bulan November 2023.
BMKG memprakirakan wilayah Trenggalek masuk awal musim hujan pada dasarian II-III November. Perlu diketahui, dasarian adalah rentang waktu selama 10 hari. Dalam satu bulan, dibagi menjadi 3 dasarian, yaitu dasarian I (tanggal 1 sampai 10), dasarian II (tanggal 11 sampai 20), serta dasarian III (tanggal 21 sampai akhir bulan).
Oleh karena itu, musim hujan di Trenggalek diprakirakan akan datang pada tanggal 11 sampai 30 November 2023. Artinya, bulan Oktober mendatang hingga November awal, wilayah Trenggalek masih mengalami musim kemarau.
"Iya, November musim hujannya, masih lama. Itu kalau beneran hujan," tandas Yuyun.