KBRT – Festival Jaranan Trenggalek (FJJT) kembali digelar dengan wajah baru. Tahun ini, panggung Alun-alun Trenggalek menjadi ruang ekspresi seniman jaranan sekaligus penanda komitmen merawat kesenian lintas generasi.
Festival yang dimulai Minggu (28/09/2025) tersebut menghadirkan rangkaian penampilan, mulai dari Gelanggang Maestro Jaranan Trenggalek, Turonggo Yakso dan non-Turonggo Yakso, hingga pegiat jaranan dari mancanegara.
Koordinator FJJT, Rhesa Jaya, menyebut penampilan pertama dimulai dengan kategori Turonggo Yakso Bocah (SD/MI) pada 29 September 2025.
“Di tanggal 29 itu ada penampilan Turonggo Yakso Bocah. Ada 15 peserta, dan kami mohon maaf sempat menolak pendaftar tambahan karena sesuai juknis maksimal hanya 15 peserta. Kalau anak SD tampil sampai malam tentu kasihan,” jelasnya.
Festival berlanjut pada 30 September dengan kategori Turonggo Yakso Remaja (SLTP/MTs) yang diikuti 10 peserta. Selanjutnya, pada 2 Oktober ditampilkan kategori Turonggo Yakso Umum (SLTA/umum) dengan 13 peserta, termasuk dua tim dari Surabaya dan Kediri.
Pada 3 Oktober, giliran kategori Non-Turonggo Yakso dengan 10 peserta. Di antaranya berasal dari Malang (2 tim), Blitar (2 tim), dan Tulungagung (1 tim).
“Penampilan pada 3 Oktober ini menghadirkan berbagai jenis jaranan, seperti jaranan sentrewe, sentrewe gagrak Malangan, jaranan dor dari Kediri, hingga jaranan pegon. Selain hiburan, festival ini juga menjadi media edukasi dan silaturahmi lintas kesenian,” terang panitia, Joyo.
Joyo menambahkan, pada 4 Oktober penampilan akan berlanjut dengan exhibition performer internasional, di antaranya Martina Feiertag (Jerman), Yuliana Mar (Meksiko), dan Samohung (Indonesia).
“Ketiga performer ini menyajikan tarian berpijak pada jaranan. Yuliana Mar dari Meksiko akan menampilkan tarian kontemporer bertema kesurupan dengan simbol ular dan naga."
"Martina dari Jerman menafsirkan ketangguhan kuda, sementara Samohung dari Indonesia menghadirkan elemen celeng. Selain itu, pada 4 Oktober juga ada Gelanggang Maestro sebagai cikal bakal Turonggo Yakso agar bisa diapresiasi dan jadi edukasi generasi muda,” jelasnya.
Melalui festival ini, panitia berharap FJJT tidak hanya menjadi ruang ekspresi, tetapi juga mampu membawa jaranan Trenggalek ke panggung yang lebih luas.
“Harapannya tahun ini festival bisa sukses dulu. Kami juga baru mendaftarkan festival ini ke Kharisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata. Semoga bisa masuk daftar KEN dan festival ini terus berkembang agar keberlanjutan kesenian jaranan tetap terjaga,” ujarnya.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz