KBRT – Puing-puing bangunan dan tumpukan kayu terlihat di pinggir Jalan Brigjend Soetran, sekitar 500 meter sebelah timur Polres Trenggalek. Di lokasi itu pula terdapat gundukan sampah rumah tangga yang tersusun hingga membentuk jalan menuju area persawahan. Tempat tersebut dijaga Suroyo (62), seorang petani yang tengah menghalau burung dari sawahnya.
Orang-orangan sawah yang dibuat dari plastik besar dan jeratan tali merupakan hasil olahan sampah yang dikumpulkan Suroyo.
“Orang-orangan sawah semua itu dari sampah yang dibawa warga kemari. Memang saya yang minta supaya dapat saya manfaatkan kembali,” ujar Suroyo lirih, dengan suara parau usai berteriak mengusir burung.
Ia bercerita sejak 2019 area sekitar sawahnya dijadikan tempat menumpuk sampah yang dibawa puluhan orang. Meski menumpuk di pinggir jalan, ia mengaku selalu mengurus dan memilah setiap hari.
“Kalau orang lewat pasti ya katanya mengganggu pemandangan. Tapi saya rutin menyingkirkannya ke pondasi rumah saya di sebelah selatan jalan untuk ganti material urugan. Berhubung akhir-akhir ini hujan, saya jadi kurang bisa beraktivitas,” katanya.
Warga RT 04 RW 02 Kelurahan Sumbergedong ini mengaku niatannya murni untuk memanfaatkan sampah. Sampah anorganik seperti botol bekas dan plastik ia kumpulkan untuk dijual. Hasilnya dipakai membeli pupuk dan pestisida sawah.
“Sawah 100 ru ini kalau panen normalnya dapat sekitar 1,3 ton, ya buat makan sekeluarga sama dijual buat tabungan darurat,” jelasnya.
Suroyo menambahkan, beberapa waktu lalu petugas kebersihan Dinas PKPLH hampir mengangkut sampah miliknya karena dianggap mengganggu di pinggir jalan. Namun ia melarang karena sampah itu masih bernilai ekonomi baginya.
“Asalkan manfaat, saya tetap jalani. Di usia 60 ini sudah tak laku lagi tenaga saya. Jadi mengelola sampah dan bertani di sini yang saya tekuni biar tetap menghasilkan. Untung biaya pupuk sama pestisida sudah ditutup lewat jualan barang bekas tadi,” ucapnya.
Ia menegaskan tidak bermaksud menampung sampah warga yang tak tertampung di TPS. Menurutnya, ia hanya melihat peluang ekonomi dari sampah yang diantar langsung oleh warga.
“Kalau saya tidak mengumpulkan sampah ya tambah biaya lagi untuk perawatan sawah jadi cukup memberatkan. Ya semoga hujannya tidak turun terus dan segera saya pindah dari pinggir jalan sampahnya,” tuturnya.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz