Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Berangkat dari Keresahan, Kristiono Mampu Produksi Gitar di Trenggalek 

Kabar Trenggalek - Alunan senar gitar terdengar indah kala jemari memetik. Gitar yang terdengar indah itu tak mudah ditemui. Bahkan suara jernih dari gitar pabrik juga langka. Suara gitar itu bersumber di Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek.

Tepatnya di Desa Bogoran. Seorang pria bernama Kristiono kelahiran 1965 sedang asik memetik gitar dari sudut tempat ia produksi. Tempat itu dipenuhi dengan kayu dan bekas pahatan. 

Untuk menuju rumah Kristiono di RT 03 RW 02 itu, harus melewati jalan desa di Kecamatan Kampak. Rumah yang berada di sudut itu ternyata punya sejarah sendiri lahirnya gitar akustik bersuara jernih.

Baca: Beraliran Musik Rock, Kisah Gitaris Wanita Trenggalek Belajar Secara Otodidak 

Saat ditemui wartawan ini, Kristiono tak pelit menceritakan awal mulanya bisa membuat gitar yang berkualitas. Berawal dari pengalaman merantau di luar Jawa, ternyata Kristiono belajar membuat alat musik yang ditemukan Les Paul.

"Tahun 1986 saya merantau di Samarinda, kemudian 1987 pindah ke Banjarmasin. Dari perantauan itu ketemu sama teman dari Jawa Tengah yang bisa membuat gitar dan akhirnya belajar," jelas Kristiono. 

Sebelum berangkat merantau, Kristiono sudah lihai bermain gitar. Hal itu dibuktikan dengan dirinya yang rajin membeli buku kunci gitar dan paham not gitar. Bekal itu ternyata menjadi awal titik Kristiono lebih dekat dengan alat musik gitar untuk tumbuh menjadi produksi. 

Menyelam sambil minum air, kata pepatah ini mungkin yang dijalani Kristiono. Karenanya, usai pulang merantau dirinya langsung bisa memproduksi alat musik gitar dan menghasilkan rupiah. 

"1998 saya produksi 20 gitar kemudian teman-teman menyukai. Akhirnya ada yang beli. Produksi sebanyak itu tidak karena asal-asalan. Artinya dulu di pertigaan ada warung kopi dan ada gitar tua yang rusak pikiran resah kemudian saya perbaiki," ungkapnya.

Baca: Mario Sukedo, Pemain Kendang Trenggalek yang Pernah Mengiringi Happy Asmara

Produksi gitar itu sempat diurungkan Kristiono. Kemudian dirinya mengawali produksi gitar di tahun 2018 dengan bran Jibek w 1.000.  Dari 2018 hingga sekarang mampu memproduksi 17 gitar. Dalam produksi itu dirinya lebih memperhatikan kualitas dan pasar pesanan. 

"Saya lebih mengedepankan kualitas. Mulai dari kayu kemudian uji coba beberapa kali bunyi gitar. Jika tidak pas harus beberapa kali bongkar pasang," kata Kristiono sambil mempersilahkan untuk menikmati produksi tape ketela usaha istrinya. 

Kayu mahoni jadi kunci. Kualitas yang bagus untuk bunyi menjadikan Kristiono terpikat untuk memilih bahan kayu mahoni untuk tabung gitar. Tak ayal dirinya pernah beberapa kali eksperimen menggunakan kayu lain namun hasilnya belum memuaskan. 

"Untuk stang biasanya saya memakai kayu jati. Untuk tabung pernah memakai triplek tapi tidak sesuai apa yang saya inginkan karena ini menyangkut kualitas," ungkapnya. 

Walaupun lihai dalam membuat gitar dengan sendiri namun dirinya tak mempunyai pasar. Bahkan kalau ada pesanan yang datang hanya satu gitar saja Kristiono enggan mengerjakannya. 

"Kalau ada pesanan satu saja rugi, jadi harus ada barengan 3 sampai 4. Jumlah demikian bisa saya kerjakan secara mandiri selama satu bulan saja. Kemudian pasar hanya dari informasi teman," ujarnya.