Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Omah Ngopi Ut-Ut Trenggalek, Sensasi Ngopi ditemani Barang Antik dan Lawasan

Rintik hujan membasahi jalanan saat sore hari di Desa Banaran, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek. Tidak jauh dari kantor desa, di sebelah Barat atau kiri jalan dari arah kota, ada warung kopi Omah Ngopi Ut-Ut Trenggalek.

Memasuki warung itu, pengunjung disuguhi dengan hiasan barang antik dan lawasan. Mulai dari lumpang batu, topeng suku asmat, angklung, sepeda unta, dan berbagai miniatur barang antik lainnya.

Penikmat kopi yang biasanya merokok dengan asbak besi atau gelas, bisa jadi bingung saat pertama kali duduk di warung kopi ini. Sebab, asbak yang disediakan yaitu bekas blok mesin motor dan wadah kinang kuno yang terbuat dari kayu.

Pengunjung akan disambut dengan sosok lelaki berusia 63 tahun. Namanya Sugeng. Ia adalah pemilik Omah Ngopi Ut-Ut. Jika penasaran dengan cerita atau sejarah dari setiap barang antik, pengunjung bisa bertanya dan ngobrol dengan Sugeng.

Sugeng menceritakan, Omah Ngopi Ut-Ut dibuat untuk masyarakat, khususnya anak muda yang ingin ngopi dengan suasana klasik, sejuk, nyaman, dan alami. Ia menyebutkan, nama Ut-Ut dipilih dari nasihat Jawa Utah Utuh.

omah-ngopi-ut-ut-trenggalek-sensasi-ngopi-antik-lawasan-2.jpg
Suasana di depan Omah Ngopi Ut-Ut Trenggalek/Foto: Alvina NA (Kabar Trenggalek)

 Orang Jawa memiliki konsep beramal "wong utah ki utuh". Artinya, jika kita mau bersedekah (utah) sesungguhnya tidak akan berkurang sedikitpun harta kita (utuh).

"Utah Utuh, kata orang Jawa kalau utah ya utuh lagi. Ibaratnya kalau orang dulu kita kehabisan, lalu kembali lagi. Walaupun habis tapi tetap kembali lagi, penuh lagi utuh lagi," kata Sugeng saat ditemui Kabar Trenggalek.

Selain suasana antik dan lawasan, Sugeng ingin menjadikan Omah Ngopi Ut-Ut sebagai rumah yang alami dan rindang. Mengingat, jalanan di depan rumah yang ia jadikan warung kopi itu setiap hari dilalui truk tambang galian c.

Sehingga banyak debu yang bertebaran di udara. Warung kopi Omah Ngopi Ut-Ut luasnya sekitar 20 × 15 meter. Di sebelah utara ada tempat ngopi dengan suasana klasik.

Lalu, di sebelah selatan ada halaman rumah dengan pohon asem dan tanaman yang rindang. Ada pohon jati, ringin, pule, tanaman serut, dan bunga bougenvil.

Pengunjung bisa ngopi di bawah pohon asem yang dikelilingi tanaman-tanaman itu. "Idenya saya mau bikin rumah yang alami apa adanya.

Yang penting ayem tentrem dan rindang. Apalagi di sini kan desanya banyak debu, banyak truk bawa lempung-lempung itu tak isi yang begitu rindang. Maka ada kembang yang ditanam ditata dengan bagus biar agak romantis," ucap Sugeng.

Cerita Koleksi Barang Antik dan Lawasan

omah-ngopi-ut-ut-trenggalek-sensasi-ngopi-antik-lawasan-3-3.jpg
Para pengunjung menikmati kopi di Omah Ngopi Ut-Ut/Foto: Wahyu AO (Kabar Trenggalek)

 Alasan Sugeng gemar mengoleksi barang antik cukup sederhana. Ia mengagumi estetika barang antik dan nilai sejarahnya. Bagi orang lain, mungkin kayu yang erosi tidak bernilai apa-apa.

Tapi, bagi Sugeng kayu yang erosi punya nilai estetika tersendiri. "Saya suka kayu-kayu yang erosi, sudah dimakan rayap, sudah aus-aus kan ndak bisa ditiru sama orang mana pun, kayak yang pecah-pecah. Itu, di situ seninya," kata Sugeng. 

Sugeng mencontohkan, seperti kayu yang erosi pada wadah kinang, kinangan atau dalam bahasa Jawa disebut nginang. Bagi yang belum tahu, kinangan adalah kotak seperangkat alat untuk makan sirih disertai kacep atau alat pemotong daun sirih dan buah pinang yang juga dikunyah dalam tradisi ini.

Fungsi kinangan yaitu untuk menyimpan daun sirih, buah gambir, buah pinang, kapur, dan tembakau dalam tradisi makan sirih. "Jadi erosi yang barang lawas seperti nginang ini, berapa tahun sejarahnya, itu lumpang batu, terus palon kandang, kayu kandang sapi dulu.

Saya suka sekali barang-barang yang unik dan klasik, karena punya cerita sejarahnya sendiri dan itu tidak bisa ditiru oleh seniman-seniman," terang Sugeng.

Beberapa barang antik dan lawasan lainnya seperti jodang, yaitu peti kayu yang terbuka di bagian atas, lalu di dalamnya digunakan untuk menaruh makanan atau saji-sajian kenduri sebagai seserahan dalam pernikahan adat Jawa. Oleh Sugeng, jodang dijadikan meja tempat ngopi di Omah Ngopi Ut-Ut.

"Kalau ini barang lawas orang desa, jodang. Mau pernikahan kan pakai kue-kue, orang dulu ditaruh sini terus dibungkus ditaruh sini ini pikulannya," ucapnya.

Selain barang lawasan, Sugeng juga mengoleksi karya seni dari seniman Trenggalek. Seperti karya pahatan kayu berbentuk Dewi Sri yang menyusui anak.

Sugeng membelinya baru awal tahun 2024. "Patung dari kayu itu hasil karya Mbah Pukiman, orang Gandusari itu asli pahatan bentuk ukiran anak minum susu Dewi Sri," kata Sugeng.

Beberapa barang antik lainnya di Omah Ngopi Ut-Ut seperti miniatur patung Loro Bonyo. Sugeng membelinya di Yogyakarta sekitar awal tahun. 2024.

Ada juga bambu kuning melengkung serta patung miniatur koboi dan boks peluru tentara yang dikreasi oleh Sugeng. "Patung [koboi] ini karya saya, ada jaket kulit dari Cina jebol semua, saya kasih topi.

Boks itu tempatnya peluru saya bikin kayak meja, itu asli dari merah putih, izin. Itu dapatnya dari waktu acara di Trenggalek ada latihan menembak kan.

Tempatnya peluru nganggur, saya beli. Belinya ke stafnya kodim Trenggalek, sekitar 10 tahun yang lalu lebih," ujarnya.

Koleksi dan hasil karya Sugeng ada yang dijual.Seperti karya meja dari boks wadah peluru, ia membuat 5. Satu meja berhasil ia jual dengan harga Rp7 ratus ribu.

Sekarang sisa 2 meja. Selain ngobrol tentang sejarah barang antik, para pengunjung Omah Ngopi Ut-Ut juga bisa membeli barang antik dan hasil karya Sugeng.

Warung kopinya buka setiap sore hingga malam. "Buka aslinya ya 24 jam, pokoknya ada orang datang minta kopi ya dibikinkan. Tapi yang pasti itu sore, buat cangkrukan malam. Gak ada hari liburnya," ucap Sugeng, lalu ia tertawa.

Tempat Cangkruk di Masa Tua

omah-ngopi-ut-ut-trenggalek-sensasi-ngopi-antik-lawasan-4.jpg
Sugeng bersama cucunya menunjukkan barang antik dari Cina/Foto: Alvina NA (Kabar Trenggalek)

Suasana semakin malam di Omah Ngopi Ut-Ut. Hujan semakin deras. Sugeng melanjutkan cerita tentang harapan menjadikan warung kopi itu sebagai tempat cangkring di masa tua.

Awalnya, Omah Ngopi Ut-Ut merupakan pindahan dari warung kopi Bu Sugeng atau warkop tenesan di belakang Pendapa Kabupaten Trenggalek. Istri Sugeng sempat jualan di sana.

Setelah anaknya menikah dan punya cucu, Sugeng dan istrinya memutuskan untuk memindah warung kopi ke rumahnya di Desa Banaran.

"Setelah anakku nikah, 2 tahun setengah. Dibikin terop, terus saya bikin warung kopi buat cangkrukan. Ibu [istri] kan pernah di warung kopi Trenggalek, warkop belakang pendapa, warkop Bu Sugeng, warkop tenesan.

Tak bawa pulang gelas cangkir. Karena momong cucu, buka kopi di sini aja," kata Sugeng. Omah Ngopi Ut-Ut didirikan pada 25 Oktober 2023. 

Bertepatan dengan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Banaran. Ide itu didukung oleh teman-teman Sugeng di Komunitas Barang Antik di Trenggalek, Barang Rikolo Semono. "Didukung dari konco-konco lawasan di komunitas Barang Rikolo Smeono. Mereka menyarankan nama Utah-Utuh," cerita Sugeng.

Sugeng berharap, Omah Ngopi Ut-Ut bisa menjadi tempat cangkrukan di masa tua bersama teman-temannya. Berbagai cerita dan informasi tentang barang antik atau lawasan. Lalu, menyediakan tempat ngopi bagi anak muda yang memburu vibes-vibes yang klasik.

"Anak-anak kan sekarang cari pekerjaan susah di Trenggalek, buat tambahan penghasilan. Ada juga anak-anak muda yang habis kerja pengen rileks. Jadi, saya bikin tempat-tempat yang suasana buat ngumpul-ngumpul konco-konco.

Masa mau ngopi harus ke Tulungagung? Di Trenggalek sudah ada tempat yang unik dan suasananya klasik," tandas Sugeng Ada satu cerita yang membuat Sugeng menyukai barang antik dan lawasan

 Momen itu dimulai setelah ia mengelilingi lautan Asia. Ternyata, Sugeng dukungan adalah seorang pelaut. Cerita lengkapnya baca tulisan ini: Kenangan Sugeng: Pelaut asal Trenggalek Keliling Lautan Asia Sejak 1981