Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Tergantikan Teknologi Digital, Toko Alat Tulis di Trenggalek Redup

  • 03 Jul 2025 16:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Tahun ajaran baru 2025/2026 sudah dimulai, namun toko alat tulis di Trenggalek justru mengeluhkan sepinya pembeli. Salah satunya dialami Toko Nias R di Kelurahan Kelutan, Kecamatan Trenggalek, yang mencatat penurunan omzet signifikan dibanding tahun-tahun sebelum pandemi.

    Asbandi (64), pemilik Toko Nias R yang sudah berdiri sejak 1995, menyebut masa tahun ajaran baru yang biasanya menjadi momen panen penjualan, kini hanya memberi sedikit peningkatan omzet harian.

    “Sekarang paling ramai cuma sebentar, dua mingguan saja. Omzet per hari kadang cuma Rp500 ribu, jauh dari dulu sebelum Covid-19 yang bisa Rp1 juta lebih,” kata Asbandi saat ditemui.

    Menurut Asbandi, penyebab utama sepinya pembeli adalah perubahan kebutuhan siswa di era digital. Jika dulu buku pelajaran, kamus, hingga buku pengetahuan umum laris manis, kini barang-barang tersebut tidak lagi dicari karena tergantikan oleh aplikasi dan e-book.

    “Kamus, buku UUD 1945, buku pengetahuan umum itu dulu wajib dibeli pas masuk sekolah. Sekarang anak-anak sudah tidak beli lagi karena sudah ada di HP,” lanjutnya.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Tak hanya buku, jasa fotokopi yang dulu ramai menjelang ujian akhir kini juga kehilangan pelanggan. Asbandi mengaku dulu bisa meraup hingga Rp30 juta dalam seminggu hanya dari fotokopi soal ujian, tapi sekarang tidak ada pesanan sama sekali karena sekolah menggunakan sistem digital.

    “Dulu fotokopi naskah ujian bisa dapat Rp30 juta seminggu, sekarang nol,” ungkapnya.

    Asbandi mengaku telah mencoba beradaptasi dengan menjual perlengkapan kerajinan seperti kertas manila, lem, dan kertas buket. Namun, pendapatannya tetap tidak stabil. Ia mencatat pada tahun 2024 hanya memperoleh keuntungan bersih Rp200 ribu.

    Meski begitu, ia tetap menjalankan usahanya dengan semangat. Ia mengaku belum bisa berjualan online karena keterbatasan tenaga dan keahlian.

    “Mau jualan online tapi saya sudah tua, kalah sama anak-anak muda. Tapi saya tetap buka toko karena memang sudah suka dagang sejak muda,” tandasnya.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    BPR Jwalita