Sekolah di Trenggalek Mantu Massal, Ini Faktanya
Kabar Trenggalek - Suara gending pernikahan menggema di ruangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kesehatan Wijaya Husada, kala Senin (31/10/2022) siang kemarin.Hiasan mirip dekorasi pernikahan juga nampak estetik dengan adanya kain jarik menutup jendela. Properti lengkap pernikahan dan pemeran sebagai tamu undangan mengisi ruangan kelas ukuran 6 meter x 4 meter itu.Yoga Septy Jiveko, Guru Mata Pelajaran Seni Budaya dan Bahasa Jawa, menuturkan nikah massal itu adalah bagian dari kurikulum pendidikan yang berbasis praktek.Baca: Daftar Nikah Bisa Online, Ini Caranya"Dalam kurikulum itu ada adat istiadat yang mana adat istiadat mantenan [nikahan] kemudian Mitoni [7 bulan kelahiran bayi] yang mana praktek ini sebagai wujud pemahaman bagi pelajar," ucap Yoga.Menurut Yoga, jika teori saja yang diberikan kepada siswa, maka tak akan memiliki gambaran dan edukasi tentang adat istiadat yang dimiliki oleh daerah masing-masing."Sedangkan dalam pembelajaran harus ada tiga ranah yang harus dipahami guru, afektif, kognitif dan psikomotorik, maka kami kembangkan seperti ini," kata Yoga.Baca: Pernikahan Dini di Trenggalek Tinggi, Pemerintah Kelabakan Cari SolusiYoga mengatakan, untuk praktek nikah itu dilakukan dalam kurikulum kelas 11 jenjang SMK mata pelajaran bahasa jawa. Pada tahun sebelumnya, praktek nikah dilakukan dalam jaringan (daring), kemudian di tahun 2022 ini, praktek dilaksanakan secara langsung."Pengenalan siswa dalam praktek ini ada istilah temu manten, ijol-ijolan kembar mayang, bantalan, medokan migo, upacara adat manten, bobot timbang, ngunjuk tuyo wening, dahar kembul, sungkeman, kacar kucur" paparnya.Dalam praktek nikah tersebut, siswa juga harus memahami makna-maknanya. Salah satunya Kacar-kucur, yang menurut yoga maknanya seorang laki kalau sudah menikah wajib menafkahi."Kami juga menegaskan bahwa praktek ini sebagai sarana pembelajaran saja tentang adat istiadat jawa," ujar Yoga.
Kabar Trenggalek Hadir di WhatsApp Channel Follow