Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

6 Strategi Membina Konsep Diri pada Peserta Didik, Guru Wajib Tahu

Pembentukan konsep diri pada peserta didik ala Jusuf Blegur.

  • 29 Jan 2025 20:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Konsep diri merupakan faktor yang dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dalam interaksinya dengan orang lain. Interaksi-interaksi yang terbentuk dari rekayasa sosial tersebut memberi pengalaman belajar kepada peserta didik, baik dalam kegiatan pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran.  

    Rekayasa sosial yang pendidik pakai selama menjalankan proses pembelajaran bisa menunjukkan penguatan konsep diri akademik maupun bisa melemahkannya.    

     

    Pendidik dalam hal ini guru bisa membentuk konsep diri pada peserta didik dilansir dari buku Soft Skills Untuk Prestasi Belajar: Disiplin, Percaya Diri, Konsep Diri Akademik, Penetapan Tujuan, Tanggung Jawab, Komitmen Kontrol Diri karya Jusuf Blegur.  

     

    Konsekuensi Logis   

    Saat memulai pertemuan belajar pendidik harus menginfomasikan kepada peserta didik tentang perilaku belajar apa yang diperlukan dan diperhatikan selama proses belajar satu semester ke depan. 

     

    Proses pembelajaran memiliki tujuan yang jelas, dan tujuan tersebut harus tercapai selama pendidik menjalankan tugas dan fungsinya selama di kelas.  

     

    Pendidik tentu perlu sejumlah formula agar apa yang ia rencanakan dapat berjalan dan perilaku belajar apa yang diharapkan dapat terwujud, serta tujuan apa yang ia tuju dapat tercapai. 

     

    Menyepakati aturan-aturan serta konsekuensinya amatlah penting agar menumbuhkembangkan daya kritis kepada peserta didik dalam mempertimbangan budaya belajarnya.  

     

    Tanggung Jawab yang Menantang   

    Salah satu aktivitas belajar yang menantang ialah menyusun makalah di tempat (saat kelas belajar berlangsung) dan melaporkan hasilnya dengan presentasi personal.  

     

    Sarana Ekspresi yang Dinamis   

    Saat mengerjakan makalah, peserta didik dibiarkan seluas luasnya bertanya dan berdiskusi bersama kelompok lain tanpa batasan. Sehingga aktivitas “mondar-mandir” di dalam kelas sepatutnya dipahami, jika semata-mata untuk menggali informasi tentang materi, ketimbang diam dan sopan namun tidak kritis dan kreatif dalam berpikir dan bertindak.  

     

    Paling penting adalah nada perasaan mereka yang “bebas” sehingga memicu tingginya rasa ingin tahu. Lingkungan belajar yang memberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat dan saling memberi masukan atau diskusi membantu peserta didik meyakini kemampuan akademik yang mereka miliki.  

     

    Tanggung jawab diberikan kepada peserta didik tidak monoton pada area-area yang lumrah seperti ceramah penuh, namun peluang bagi peserta didik untuk mengekspreasikan diri dengan cara yang ia anggap sebagai modal kuat dalam dirinya, misalnya presentasi personal dan diskusi. 

    ADVERTISEMENT
    Migunani

     

    Ceramah penuh sesungguhnya bentuk pemasungan atas daya kreativitas dan kritis peserta didik. Miskin kritis karena peserta didik minim kesempatan berekspresi, dan miskin kreatif karena tidak terbuka pada masukan dan hal-hal yang baru selama kegiatan belajar.    

     

    Konsep diri akademik terbentuk dan dikembangkan melalui interaksi dengan orang lain, yaitu pendidik dan teman sebaya, dan atau orang tua. Intensitas interaksi membuat peserta didik berpikir dan bertindak lebih aktif untuk memanfaatkan waktu belajarnya yang dapat dimediasi dengan personal presentasi.  

     

    Apalagi dengan personal presentasi, peserta didik tidak luput dalam kegiatan “adu gagasan dan adu keterampilan”.   

     

    Umpan Balik Berbasis Solusi   

    Pendidik tentu bangga dan bahagia saat peserta didiknya tuntas dengan hasil belajar yang memuaskan. Namun proses pencapaiannya tidak semudah yang diimpikan. Ada berbagai kendala yang terkadang terjadi di luar kendali pendidik dan bahkan kendala ciptaan pendidik sendiri.  

     

    Ada peserta didik yang begitu mudah dan cepat memahami instruksi dan materi dan ada pula yang lamban dan terbatas yang kerap dikenal dengan kendala atau kesulitan belajar. Setiap kegiatan belajar pasti menjumpai kendala, namun kendala bukan untuk dihindari melainkan dicarikan solusi atau direduksi agar peserta didik dapat memahami dan mengembangkan materi pelajaran dengan mudah.  

     

    Pendidik dapat menggunakan umpan balik yang tidak berbasis pada penilaian semata, melainkan umpan balik yang berfaedah bagi peserta didik yakni umpan balik yang selalu menawarkan solusi atas hasil kerja peserta didik.  

     

    Evaluasi Hasil Belajar Secara Langsung, Objektif, dan Transparan   

    Evaluasi merupakan sarana untuk memperbaharui hasil belajar peserta didik, bukan untuk media penghakiman. Atas dasar ini, pendidik melakukan serangkaian strategi guna mendiagnosis performa belajar peserta didik, termasuk menyediakan panduan pengamatan presentasi.  

     

    Pendidik terlibat langsung dalam evaluasi dan diskusi, memberi penguatan dan keyakinan kepada peserta didik untuk terus belajar. Evaluasi langsung diperlukan karena peserta didik di waktu itu ingin mengetahui hasil yang telah ia torehkan, dan dalam kondisi demikian ia sangat termotivasi untuk memperbaiki dirinya.  

     

    Lalu objektivitas mendukung arah motivasinya, dimana ia merasa realistis dengan hasil performa nya. Sedangkan transparansi mendorong tendensi positif atas profesionalisme pendidik melakukan evaluasi guna mempertahankan dan meningkatkan totalitas partisipasi peserta didik.  

     

    Integrasikan Pikiran dan Perilaku yang Memotivasi  

    Pikiran dan perilaku yang memotivasi pendidik adalah kiat efektif melatih konsep diri akademik peserta didik. Menyadari akan hal demikian, pendidik perlu mendesain berbagai rangkaian pikiran-pikiran para tokoh yang dikemas dalam video pendek berdurasi 5-6 menit untuk mendorong keyakinan dan upaya akademik dalam kegiatan belajar.   

    Kabar Trenggalek - Pendidikan

    Editor:Danu S

    ADVERTISEMENT
    journey scarpes