Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Rujukan Wisata Religi, Ini 6 Makam Tokoh Bersejarah di Trenggalek

Dalam sejarah Trenggalek, pasti tidak bisa lepas dari tokoh-tokoh pahlawan pada eranya. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peran besar dalam menjaga keberlangsungan hidup orang banyak.

Sehingga makamnya sering dikunjungi untuk didoakan, sebagai wujud rasa terima kasih. Oleh karena itu, pada artikel kali ini penulis akan membagikan makam tokoh bersejarah di Trenggalek.

Informasi yang didapatkan penulis berasal dari buku yang terbit tahun 2016 dengan judul "Peta Budaya Trenggalek". Perlu diketahui, dalam buku tersebut memuat data seniman, kesenian, budaya, situs cagar budaya, dan makam tokoh penting di Trenggalek dan lain sebagainya.

Selain pada buku tersebut, penulis juga menggunakan sumber lain sebagai bahan ulasannya. Supaya artikel lebih berisi dan tidak hanya menyajikan data makam sosok penting di Trenggalek.

Berkunjung ke makam tokoh-tokoh besar yang turut serta membangun peradaban di Kutho Alen-Alen dan punden bisa menjadi penting. Karena sebagai sarana menyambung sejarah budaya, sehingga tidak tercerabut dari akar budayanya, di samping sebagai sarana spiritual.

Makam tokoh-tokoh penting dan punden ini hampir tersebar luas di Trenggalek. Semoga dengan membaca artikel ini, pembaca bisa mendapatkan rujukan wisata religi di Trenggalek. Serta, mengetahui kisah tokoh yang bisa diteladani saat masih hidup.

1. Makam Menak Sopal

Makam Menak Sopal di Kelurahan Ngantru/Foto: Mellany Octa

Makam Menak Sopal berada di Kelurahan Surodakan Kabupaten Trenggalek, tepatnya di kawasan Tempat Pemakaman Umum samping Dam Bagong. Beralamatkan Area Hutan, Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek.

Dalam legendanya, Adipati Menak Sopal disebut-sebut sebagai Bapak Pertanian Trenggalek. Bahkan, dalam artikel yang terbit di Nggalek.co berjudul “Tiga Tokoh Hebat Yang Mengubah Kota Trenggalek”, Menak Sopal disebut sebagai orang yang pertama kali membangun pemukiman yang sekarang menjadi Trenggalek Kota.

Dulunya, kawasan Trenggalek tersebut masih berupa rawa-rawa. Sehingga tidak cocok dijadikan tempat bermukim. Agar bisa ditempati, Menak Sopal membangun Dam Bagong yang masih ada dan berfungsi hingga sekarang.

Selain itu, air yang dibendung dialirkan ke parit-parit kemudian bisa mengairi sawah dan perkebunan warga. Alhasil disematkan Bapak Pertanian Trenggalek pada Menak Sopal.

Dalam suatu versi cerita rakyat, Minak Sopal lahir dari pasangan Menak Sraba dan Dewi Roro Amiswati atau Dewi Roro Menur yang masih ada darah keturunan Raja Majapahit. Dengan sang ibu, Menak Sopal terlihat memiliki kedekatan kasih sayang, sehingga Menak Sopal dimakamkan pula di dekat makam ibunya.

Tak hanya itu, di samping makam Menak Sopal juga terdapat makam tokoh lain, yakni Mas Ajeng Saruri. Berdasarkan tanggal pada batu nisan dimakamkan tahun 1358 M. Beliau dikenal sebagai tokoh penyiar ajaran Islam di Trenggalek.

Lokasi google maps: https://maps.app.goo.gl/Z9P1K34dZpVqFjR16 

2. Makam Mbah Nur Muzdhalifah Santren

Makam Mbah Nur Muzdhalifah penyiar Agama Islam di Kelurahan Rejowinangun/Foto: Asyi Vivi

Mbah Nur Muzdalifah konon berasal dari Ciamis-Cirebon, yang merupakan pengikut Untung Surapati. Beliau juga tokoh penyebar syariat Islam di Trenggalek pada masa Bupati Sumotromo (sekitar tahun 1743 M). Bahkan Mbah Nur Muzdhalifah juga diangkat oleh Bupati Trenggalek sebagai penasehat di bidang agama.

Selama hidupnya, Mbah Nur Muzdhalifah tidak mendirikan masjid, karena beliau menjadi Imam Besar Masjid Agung Trenggalek pada masa Bupati Sumotromo. Akan tetapi, beliau tetap mendirikan langgar, tempat ibadah kecil, untuk terus menyebarkan syiar Islam.

Mbah Nur Muzdhalifah juga pernah mendirikan Pondok Pesantren di Kelurahan Rejowinangun. Santrinya semakin meningkat dan Pondok Pesantren tersebut masih ada hingga keturunan ketiga, yakni Mbah Kiai Baghowi.

Sayangnya, jumlah santri semakin surut dan pondok pesantren jadi sepi. Sampai sekarang pondok pesantren sudah tidak ada dan menyisakan tempat belajar agama kecil. Namun, masjid peninggalan ponok pesantren masih ada hingga sekarang.

Dalam penyebutan nama ada perbedaan, Abdul Hamid Wilis (penulis buku Sejarah Trenggalek) menyebut dengan Mbah Nur Kholifah. Sementara keturunannya menyebut dengan Mbah Nur Muzdhalifah.

Makam Mbah Nur Muzdhalifah berada di RT/RW 08/03, Dusun Santren, Kelurahan Rejowinangun, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek.

Lokasi google maps: https://maps.app.goo.gl/Y2LaozRNKkTJgTma8 

3. Makam Mbah Kawak

Makam Mbah Kawak nampak begitu sakral/Foto: GFSE 2016

Makam Mbah Kawak berada di lereng Gunung Jaas, Kawasan Hutan Kota, Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek. Dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Mbah Kawak adalah penyebar Agama Islam pertama kali di Trenggalek. Konon beliau pendatang dari Kerajaan Majapahit.

Siapa sebenarnya Mbah Kawak ini belum terungkap sampai sekarang. Namun beberapa julukan tentang Mbah Kawak, seperti Abdul Hamid, ada juga yang menyebut Jaya Lengkoro atau Raden Joyo Lengkoro, dan ada yang menyebutnya sebagai Ki Ageng Galek.

Dalam cerita tutur masyarakat setempat, dulunya Trenggalek masih belantara rimba. Sehingga belum ada orang yang berani untuk mendirikan pemukiman di kawasan tersebut. Hingga akhirnya Mbah Kawak membabat alas dan akhirnya bisa didirikan pemukiman penduduk.

Ada cerita lain yang menyebutkan bahwa Mbah Kawak adalah orang yang merawat Dewi Amiswati (Ibu Menak Sopal). Ki Ageng Galek pada saat berada di Trenggalek disertai oleh 7 orang anaknya adalah Ki Surohandoko (kini diketahui dengan daerah Desa Surondakan).

Petilasan Ki Surohandoko berupa alat penampungan air yang terletak disebelah Timur Desa Surondakan. Ki Joyonegoro, Ki Sasuto, Ki Dobongso/KI Sabdobongso, Ki Redimenggolo dan, Ki Tirto Amerto/Ki Sastro, KI Singomenggolo. Saat ini petilasanya menjadi Dukuh Singomenggalan, Desa Sumbergedong.

Pada ketika melakukan syiar Agama Islam di Trenggalek, Ki Ageng Galek juga dibantu oleh 4 santrinya yaitu Ki Proto Kusumo (saat ini makamnya berada di Desa Sumberdadi, Kecamatan Trenggalek), lalu Ki Tunggul Mendung/Tugu Waseso (makamnya berada di tengah Alun-Alun Trenggalek).

Kemudian, Ki Sabuk Alu (Makamnya berada di Desa Prambon, Kecamatan Tugu). Serta, Ki Bancolono atau yang lebih populer dengan nama Bupati Kelir (makamnya berada daerah Pantai Damas, Kecamatan Watulimo).

Lokasi google maps: https://maps.app.goo.gl/qbDYkNA5ZpwX1fCUA 

4. Makam Eyang Kamdi

Makam Eyang Kamdi seorang Agamawan asal Desa Sambirejo/Foto: Dharma Cakradinata

Eyang Kamdi adalah seorang agamawan sekaligus orang yang menyebarkan ajaran Islam di Desa Sambirejo, Kecamatan Trenggalek. Beliau juga dikenal memiliki kesaktian.

Saat masih hidup, ada warga yang melihat Eyang Kamdi sedang kehujanan. Karena kedinginan, Eyang Kamdi menyalakan api, anehnya api berhasil menyala padahal saat itu sedang hujan.

Saat meninggal, ada keajaiban yang dirasakan penduduk setempat. Yakni saat pemakaman Eyang Kamdi makanan saat upacara pemakaman tidak habis-habis. Padahal banyak orang memakan sajian yang dihidangkan.

Makam Eyang Kamdi berada di RT/RW 07/08, Dusun Sambiroto, Desa Sambirejo, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek.

Lokasi google maps: https://maps.app.goo.gl/rtJ1U5R8ivGu1Jpz8 

5. Makam Mbah Dasono

Mbah Dosono dikenal sebagai orang yang membabat Desa Ngares, Kecamatan Trenggalek. Tak sendirian, dalam mendirikan Desa Ngares, beliau juga dibantu tiga sahabatnya, yakni Mbah Onggosono, Mbah Sonoprono, dan Mbah Eko.

Mbah Dosono dan keempat rekannya konon seorang prajurit Pangeran Diponegoro yang melarikan diri ke Trenggalek pasca Perang Jawa.  Sehingga tak hanya mendirikan Desa Ngares, Mbah Dasono juga turut menyebarkan syariat Islam.

Makam Mbah Dosono berada di RT/RW 19/05, Dusun Ngares, Desa Ngares, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek. Makam beliau berada di paling belakang di antara makam-makam lain. Sehingga ada yang menyebutnya sebagai Mbah Buri (Belakang).

6. Makam Mbah Budo

Ada versi lain dari awal Desa Ngares berdiri, yakni didirikan oleh Mbah Budo yang makamnya ada di RT/RW 07/02, Dusun Gempleng, Desa Ngares, Kecamatan Trenggalek. Jadi, sebelum Mbah Dosono dan kawan-kawannya datang, Mbah Budo sudah terlebih dahulu mendirikan Desa Ngares.

Bahkan, Mbah Budo sudah datang sebelum ajaran Islam masuk. Tempat pemukiman yang dibuka oleh beliau berada di pedukuhan Taman Sari, yang sekarang bergabung dengan Desa Ngares.

Terima kasih sudah membaca artikel di Kabar Trenggalek. Semoga ulasan tentang 'Makam Tokoh Bersejarah di Trenggalek' ini bisa bermanfaat untuk Anda semua.