Tumpeng ketupat dan tumpeng sayur tiba di Pondok Pesantren Babul Ulum/Foto: Wahyu AO (Kabar Trenggalek)[/caption]Kemudian, tumpeng dibawa ke Pondok Pesantren Babul Ulum. Pukul 07.55 WIB, Kiai Abdul Fattah Mu'in, pengasuh Pesantren Babul Ulum memanjatkan doa untuk kelancaran dan berkah perayaan lebaran ketupat di Durenan.Selesai didoakan, warga kembali mengarak tumpeng melewati jalan di pemukiman warga, Jalan Nasional III, lalu kembali ke Lapangan Durenan pukul 08.30 WIB. Setibanya di kalangan, ratusan masyarakat bersiap untuk melakukan purak (membuka bungkus makanan).Ada warga yang secara inisiatif untuk berdiri di atas kerangka tumpeng untuk membagikan ketupat. Ada juga warga yang berebut ketupat ataupun sayur, lalu kembali dengan raut wajah gembira. Antusiasme masyarakat dalam lebaran ketupat tahun ini cukup tinggi.[caption id="attachment_72309" align=aligncenter width=1280]
Masyarakat riang gembira mengambil ketupat dan sayur-sayuran dari tumpeng/Foto: Wahyu AO (Kabar Trenggalek)[/caption]"Antusiasmenya masyarakat itu sangat istimewa untuk di Desa Durenan, karena kupatan [lebaran ketupat] ini merupakan tradisi yang sudah turun temurun," kata Syafi'i."Jadi sudah saya ini termasuk generasi ketiga dari munculnya tradisi ketupat di lingkungan Desa Durenan dimotori dulu oleh Mbah Imam Mahyin atau Mbahnya Kiai Abdul Fatah Mu'in di Pondok Babul Ulum," imbuhnya.Syafi'i berharap, lebaran ketupat bisa menambah kekompakan, kebersamaan, dan kerukunan warga. Sebab, di masyarakat di Desa Durenan begitu majemuk. Ada yang beragama Islam, Kristen, serta aliran kejawen Djawa Dipo."Dengan adanya kegiatan-kegiatan ini yang disengkuyung [gotong-royong] oleh semua lapisan masyarakat diharapkan akan terjadi kerukunan antar umat beragama, antar masyarakat yang berbagai etnis," tandas Syafi'i.Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.
Kabar Trenggalek - Sosial















