KBRT - Harga singkong di Desa Gador, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir. Kondisi tersebut membuat warga setempat terdampak, termasuk para petani yang menggantungkan hidup dari hasil panen singkong.
Salah satu warga, Sumar, menyiasati situasi ini dengan mengolah singkong menjadi tape.
“Tape ini saya buat sejak tahun 2019 ketika pandemi Covid-19 sampai sekarang, jadi sekitar enam tahunan. Alasan membuat tape karena singkong nggak laku, terus punya ide membuat tape singkong dan saya jual, dan ternyata kok laku,” ungkap Sumar, penjual tape singkong.
Sumar menjelaskan, setiap kali produksi, ia membutuhkan singkong sebanyak 80 kilogram hingga lebih dari 1 kuintal, tergantung kelancaran pemasaran.
“Untuk pemasaran, saya menjualnya di pasar dan juga keliling warung. Pasar saya ada di Pasar Ngranti, Tulungagung. Untuk jualannya nggak setiap hari, cuma dua hari sekali,” ujarnya.
Dalam proses pembuatan tape, singkong terlebih dahulu dipotong, dicuci, lalu direbus dan direndam semalam. Setelah itu, singkong direbus kembali, diberi ragi, dan ditutup daun agar proses fermentasi berjalan sempurna.
“Pembuatan tape sendiri membutuhkan sekitar empat hari tiga malam,” jelas Sumar.
Untuk harga, tape singkong dijual dengan kisaran Rp5.000 hingga Rp9.000, tergantung pesanan dari pelanggan.
“Rp5.000 itu untuk yang setengah kilo, kalau Rp9.000 untuk yang sekilo. Harga tape ini sudah stabil, jadi untuk harga nggak pernah naik turun,” tegasnya.
Namun, Sumar mengaku mengalami kendala ketika musim hujan. Menurutnya, saat cuaca tidak mendukung, pembeli menjadi sepi dan banyak tape yang tidak terjual.
“Harapannya ketika musim hujan, ya sedikit demi sedikit tetap jalan usahanya,” tutupnya.
Kabar Trenggalek - Makin Tahu Indonesia
Editor:Zamz