KBRT - Penjualan keripik di Watulimo mengalami kenaikan menjelang hari raya. Jumani, produsen keripik asal Watulimo, menerangkan bahwa dalam sehari ia dapat memproduksi dan menjual 50 kg keripik. Jumlah ini meningkat sekitar 50% dibanding hari biasa. Di kedainya, Jumani memproduksi berbagai jenis keripik, mulai dari keripik tempe, keripik mbote, keripik sale pisang, hingga keripik ketela.
Jumani mengatakan bahwa menjelang hari raya ini harga keripik produksinya mengalami kenaikan karena langkanya bahan baku. Beberapa bahan baku bahkan mengalami kenaikan harga hingga hampir 50%.
"Kalau puasa seperti ini, apalagi mendekati Lebaran, penjualan meningkat. Dalam sehari saya bisa menjual setengah kuintal keripik, padahal hari biasa tidak sebanyak itu. Namun, beberapa bahan baku juga mengalami kenaikan harga, seperti mbote mentah yang saat ini Rp6.000 per kilogram, padahal sebelumnya hanya Rp3.500," ujarnya.
Selama Ramadhan ini, Jumani menjual segala jenis keripik buatannya seharga Rp50.000 per kilogram, naik Rp10.000 dibanding sebelumnya. Ia menjamin bahwa keripik buatannya fresh dan berkualitas, karena produksinya dikontrol langsung oleh Dinas Kesehatan secara rutin.
"Keripik sini sudah diuji oleh Dinas Kesehatan Trenggalek untuk memastikan kelayakan konsumsi dan keaslian produknya, serta tanpa pengawet. Dinas Kesehatan mengontrol mulai dari proses pembuatan, penggorengan, hingga pengepakan. Tahun ini sudah satu kali dilakukan kontrol," jelasnya.
Tak heran, konsumen dari produk keripik yang telah diproduksi selama puluhan tahun ini tidak hanya dari dalam kota, tetapi juga luar daerah bahkan hingga luar negeri.
Menjelang hari raya, menurut Jumani, banyak pemesan dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, seperti Hong Kong dan Taiwan. Selain melayani konsumen yang membeli untuk oleh-oleh atau suguhan hari raya, Jumani juga menerima pesanan keripik untuk hajatan dan berbagai acara.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz