KBRT – Harga kelapa di Trenggalek terus melonjak, dengan petani kelapa seperti Nur Kholis asal Watulimo mengungkapkan bahwa penurunan hasil panen menjadi salah satu faktor utama kenaikan harga tersebut. Menurutnya, dalam tiga bulan terakhir, jumlah panen kelapa di kebun miliknya menurun hingga 50%.
“Biasanya saya bisa panen sekitar 500 biji kelapa, namun sejak tiga bulan terakhir, hanya sekitar 250 biji kelapa yang bisa saya panen,” ujar Nur Kholis.
Nur Kholis, yang memiliki sekitar 50 pohon kelapa, menjelaskan bahwa musim penurunan hasil panen adalah siklus tahunan yang biasa terjadi. Ia menyebutkan, di beberapa bulan tertentu, pohon kelapa hanya berbuah sedikit, bahkan tidak berbuah sama sekali.
“Setiap tahun memang ada masa di mana kelapa tidak berbuah banyak. Itu sudah menjadi siklusnya,” terangnya.
Meskipun panen kelapanya sedikit, Nur Kholis merasa bersyukur karena harga kelapa yang tinggi saat ini memberi keuntungan lebih. Menurutnya, meskipun jumlah panen berkurang, harga yang tinggi tetap memberikan hasil yang sebanding.
“Meski panennya sedikit, harganya tinggi, jadi kami petani sedikit untung karena tidak perlu tenaga ekstra untuk memanen, tetapi hasilnya sama seperti panen besar,” jelasnya.
Saat ini, harga kelapa yang dibeli oleh pengepul mencapai Rp8.000 per biji. Namun, harga bervariasi tergantung pada ukuran kelapa. Untuk kelapa besar, pengepul membayar Rp8.000 per biji, sementara untuk kelapa ukuran sedang, harga dihitung dengan skema 3 kelapa sedang setara dengan 2 biji kelapa besar.
"Biasanya kami mengikuti harga yang ditetapkan pengepul. Harga itu ditentukan oleh pasar," tambahnya.
Sri, pemilik kebun kelapa lainnya di Watulimo, juga merasakan dampak yang sama. Ia menjelaskan bahwa dalam dua kali panen terakhir, hasil buah kelapa di kebunnya sangat minim, yang menjadi salah satu faktor penyebab lonjakan harga.
“Sejak tiga bulan terakhir, panen kelapa saya juga sedikit. Mungkin itulah yang menyebabkan harga kelapa jadi melonjak,” ungkap Sri.
Sri menambahkan, harga kelapa yang dijual kepada pengepul berbeda jika pengepul sendiri yang memetik kelapa langsung dari pohon. Jika pengepul yang memetik, harga kelapa dihargai Rp6.000 per biji, sedangkan jika pemilik kebun yang memanennya, harga bisa mencapai Rp8.000 per biji.
“Biasanya pengepul yang memetik langsung, jadi harga kelapa di kebun saya dihargai Rp6.000. Faktor kelapa yang dipanen saat masih muda juga mempengaruhi harga, karena kalau ditunggu terlalu tua, kelapa sering diserang hama,” jelasnya.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz