KBRT – Produksi buah-buahan di Kabupaten Trenggalek diprediksi anjlok pada tahun 2025. Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Trenggalek, Imam Nurhadi, menyebut penyebabnya adalah iklim ekstrem yang membuat musim kemarau tak berjalan normal.
Menurut Imam, buah-buahan musiman seperti mangga hingga durian sulit berproduksi karena kemarau yang seharusnya memicu bunga justru diwarnai hujan.
“Contoh gampangnya pohon mangga, banyak yang tidak berbunga dan malah tumbuh seminya. Padahal tahun 2024 panennya sampai dua kali lipat karena ada dua musim kemarau,” ujar Imam.
Pada 2024, produksi buah Trenggalek melesat. Data portal Satu Data mencatat produksi durian naik dari 40.983 ton (2023) menjadi 88.176 ton dengan luasan kebun bertambah dari 5.977 hektare menjadi 8.708 hektare.
Buah alpukat pun ikut melonjak dari 3.227 ton (2023) menjadi 10.809 ton (2024), meski lahan hanya bertambah dari 2.145 hektare menjadi 3.371 hektare.
Namun, Imam memperkirakan hasil tersebut tak akan terulang pada 2025. “Produksi durian yang tahun lalu 88 ribu ton akan turun banyak,” katanya.
Kondisi ini juga dirasakan petani alpukat di Desa Banaran, Kecamatan Tugu. Nur Hidayati (50), misalnya, menyebut pada 2024 pohonnya bisa berbuah dua kali setahun, tidak seperti biasanya.
“Karena proses dari bunga sampai menjadi buah matang bisa 6 bulan, tahun kemarin pohon yang sudah habis dipanen malah langsung berbunga lagi. Beda dengan sekarang yang malah semi lagi pohonnya,” ujar Nur.
Dari 80 pohon alpukat yang dimiliki, baru 30-an pohon yang sudah berbuah, namun hasil panen Nur pada satu musim mampu mencapai 6 kwintal.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz