KBRT - Petani Desa Ngadirejo Kecamatan Pogalan, kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi yang cukup sejak satu musim sebelum musim tanam pasca lebaran kali ini.
Sarengat (68), petani asal Dusun Gambang Desa Ngadirejo, mengaku pada musim tanam kali ini salah satu sawahnya belum dipupuk sebab jatah pupuk yang didapatkannya tidak mencukupi. Hal tersebut diakuinya telah terjadi sejak musim padi sebelumnya.
“Musim tanam kali ini saya mendapatkan 110 kilogram Urea dan 80 kilogram phonska, tentunya tidak mencukupi untuk 3 petak sawah saya yang berluas 300 ru,” ujarnya.
Sarengat menjelaskan bahwa dalam sekali musim padi membutuhkan dua kali pemupukan, setelah tanam dan sebelum padi berbuah. Idealnya pemupukan Urea di awal menurut Sarengat adalah 60 kg dan 20 kg di pemupukan kedua.
“Dengan jatah yang hanya 110 kg, saya hanya bisa memupuk dua petak sawah saya itupun masih kurang. Sawah yang belum dipupuk rencana akan saya pupuk kalau dapat sisa pupuk subsidi dari daerah lain,” ungkapnya.
Sarengat menjelaskan dalam dua musim ini, ia mendapatkan pupuk subsidi dari Tulungagung karena memiliki kerabat di sana.
Ia melakukan hal tersebut lantaran takut hasil panennya menurun. Menurutnya hal tersebut juga terjadi pada petani lain di desanya.
“Kalau pupuknya kurang ya hasilnya pasti berkurang, seperti panen kemarin juga turun. Sebenarnya jatah pupuk subsidi di sini sudah berkurang sejak beberapa tahun lalu. Yang saya ingat dulu setiap 100 ru tanah masih mendapat jatah 1 karung urea,” tandasnya.
Menurut perhitungan Sarengat, saat ini ia hanya mendapatkan 36 kilogram pupuk urea dari dulunya yang 50 kilogram per 100 ru tanahnya.
“Untungnya saya masih dapat tambahan dari kerabat saya di Tulungagung. Kalau di sini pupuk Urea subsidi berharga Rp150.000, padahal di desa lain ada yang Rp130.000, seperti yang saya dapatkan dari kerabat saya di Tulungagung,” pungkasnya.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz