KBRT – Harga biji kakao di Kabupaten Trenggalek dalam beberapa bulan terakhir mengalami penurunan tajam. Kondisi ini menjadi tantangan bagi petani karena turunnya harga diikuti dengan merosotnya produktivitas tanaman.
Muryadi (60), petani kakao asal RT 29 RW 11 Desa Suruh, menjelaskan bahwa pada 2024 harga kakao kering berada pada kisaran Rp95.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Kini, harga tersebut merosot menjadi sekitar Rp50.000.
Ia menambahkan bahwa pada akhir 2025 penurunan harga tersebut terjadi bersamaan dengan menurunnya produksi karena tanaman mulai tua serta bukan periode panen raya.
"Harga kakao waktu tidak ada panenan seperti sekarang justru turun, tidak seperti barang lain. Kakao itu bagus kalau waktu panen raya sekali setahun," katanya.
Hal senada disampaikan Purwanto (45), petani dari RT 11 RW 04 Desa Sumberbening, Kecamatan Dongko. Ia mengatakan kebunnya yang ditanami kakao tidak bisa diandalkan sepanjang tahun karena harga kerap anjlok di luar musim panen.
"Harganya waktu ini sedang turun, saya kira kondisi cuaca juga membuat kualitas buahnya turun," ucapnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek, Imam Nurhadi, membenarkan bahwa harga kakao pada akhir 2025 mengalami penurunan signifikan. Ia mengatakan pemerintah daerah telah menyiapkan langkah untuk menopang perkembangan komoditas unggulan tersebut.
"Memang hari ini ada penurunan signifikan terkait harga kakao. Tapi sebenarnya dengan memfermentasikan kakao, tidak menjual bijinya mentah. Nanti hasilnya pasti cukup signifikan. Dan kakao tetap menjadi komoditas yang sangat menjanjikan," ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa tanaman kakao di Trenggalek saat ini membutuhkan peremajaan dengan varietas baru yang lebih unggul. Menurutnya, produksi kakao pada 2025 diperkirakan tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, yakni sekitar 1.066 ton.
"Jadi produksi belum menunjukkan pertambahan, karena memang ada tanaman yang menghasilkan menjadi tanaman belum menghasilkan, karena tadi adanya sambung samping. Tapi ada peningkatan produktivitas lahan dari 6 kwintal per hektar menjadi sekitar 7 kwintal per hektar," katanya.
Imam mengatakan kakao merupakan salah satu komoditas unggulan Trenggalek. Ia menyinggung fenomena iklim El Nino Gorilla pada 2024 yang menyebabkan lahan kakao di beberapa negara produsen seperti Pantai Gading dan Brasil mengalami kerusakan. Kondisi itu membuat harga global naik tajam dan permintaan dunia belum terpenuhi.
"Untuk lima tahun ke depan, kita fokus untuk lahan-lahan perkebunan kita di Trenggalek, setidaknya ada empat komoditas unggulan yang kita harapkan bisa dikembangkan bersama-sama dengan masyarakat petani kita, yaitu kopi, kakao, kelapa, sama pala," katanya.
Meskipun pada 2025 harga kakao masih bergejolak, Imam optimis produktivitas akan terus meningkat melalui dukungan Pemerintah Pusat. Ia menyebut komoditas seperti kelapa, kopi, dan pala juga akan terus didorong agar bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi petani.
Ia menambahkan bahwa program intensif pengembangan empat komoditas tersebut akan dimulai pada 2026. Pemerintah daerah juga menargetkan fungsi Rumah Coklat kembali aktif sebagai pusat fermentasi dan pengolahan kakao.
"Mudah-mudahan di tahun depan atau tahun ini kita sudah bisa mengaktifkan atau merevitalisasi kembali fungsi dari Rumah Coklat. Rumah Coklat nanti bisa menjadi aktivitas petani kita dalam rangka fermentasi, karena alat di sana sudah cukup lengkap. Bahkan juga bisa untuk menambah produksi dari biji kakao menjadi produk-produk jadi," katanya.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz













