KBRT - Selain harus bertahan menghadapi cuaca ekstrem, petani melon Trenggalek masih berharap pada perkembangan harga yang menguntungkan bagi mereka. Sebagian petani melon akan panen di waktu hari raya yang identik dengan naiknya harga berbagai kebutuhan. Para petani masih harap-harap cemas dengan harga yang akan didapat.
Seperti penuturan Saipudin (50), warga Dusun Alas Malang, Desa Ngadirejo, Pogalan, salah satu petani melon di desanya. Menurut Saipudin, harga melon saat momen Lebaran tahun-tahun lalu tidak pernah stabil.
“Selama saya bertani melon, harga saat memasuki hari raya selalu berubah-ubah, bisa naik juga bisa turun. Meski saat masih bulan puasa harga masih tinggi, bisa saja pasca-Lebaran harga tiba-tiba anjlok,” ujarnya.
Saipudin mengaku sudah bertahun-tahun bertani melon di sawahnya yang terletak di timur taman Desa Ngadirejo. Ia mengatakan bahwa harga buah melon yang biasa ia ketahui adalah Rp8.000 per kilogram, harga yang menurutnya tergolong masih tinggi.
“Semoga harga melon tidak anjlok banyak di Lebaran nanti. Kalau harga sudah sampai Rp3.000 per kilogram, maka 1.600 pohon melon saya bisa merugi,” ungkapnya.
Ia mengaku tanah seluas 60 ru yang ditanami melon olehnya adalah tanah sewaan, jadi harga di pasaran akan sangat berpengaruh kepadanya. Saipudin memilih menanam melon karena jauh lebih menguntungkan daripada menanam padi di lahan sewaan.
“Kalau padi, masa panennya sekitar empat bulan, berbeda dengan melon yang hanya tiga bulan, itupun belum dikurangi dengan penyemaian dan penyiapan bibit yang dilakukan di rumah,” tandasnya.
Dahulu Saipudin pernah menanam padi di sawahnya yang kini ia tanami melon. Namun, hasil yang kurang memuaskan membuatnya memilih untuk tetap bertani melon sampai sekarang.
“Dahulu sempat saya gagal panen disebabkan hama lalat buah yang tidak tertangani. Namun, saya tetap getol mencoba berbagai insektisida dari berbagai merek yang dianjurkan oleh kelompok tani sampai menemukan yang cocok dipakai sampai sekarang,” jelasnya.
Menurutnya, hama lalat buah yang menjamur di musim mangga adalah hama yang paling banyak merusak tanamannya. Ia menjelaskan, lalat buah sangat sulit dideteksi karena biasa menginfeksi buah saat masih kecil dengan cara bertelur di dalamnya.
“Jika sudah terkena lalat buah, maka tiba-tiba saat melon sudah besar, daging melon kebanyakan akan membusuk,” paparnya.
Saipudin mengatakan saat ini Trenggalek masih dalam musim penghujan. Ancaman bagi melon bukan lagi lalat buah, tetapi jamur yang merusak pohon melon sendiri.
“Untuk pencegahan, setiap selepas hujan saya selalu menyemprotkan fungisida agar jamur tidak tumbuh. Jika tidak terjadi hujan, maka saya tetap rutin melakukan penyemprotan dua hari atau tiga hari sekali,” ujarnya.
Saipudin mengakui, merawat melon adalah pekerjaan yang butuh ketelatenan. Selain melakukan penyemprotan secara rutin, penyiraman juga harus rutin sekali dalam seminggu jika tidak banyak hujan. Lalu, pemilahan buah yang akan dibesarkan dalam setiap satu pohon melon juga menjadi proses penting yang tak kalah memakan kesabaran.
“Perkiraan panen melon kali ini akan menghasilkan 1,5 ton. Semoga pemborong tidak beralasan sudah memiliki stok banyak atau pasar yang belum buka agar harga tetap menguntungkan bagi saya,” pungkasnya.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Lek Zamz