KBRT – Dusun Oro-oro Ombo, Desa Pogalan, Kabupaten Trenggalek, dulunya dikenal sebagai sentra pembuatan tepung pati singkong atau tepung tapioka. Namun, kejayaan itu kini tinggal cerita.
Dari puluhan produsen yang dulu aktif, hanya tersisa tiga hingga empat orang yang masih bertahan. Selebihnya berhenti karena faktor usia, bahkan ada yang meninggal dunia.
Salah satunya adalah Imam Tohari (39), warga setempat yang kini justru berjualan ampas ketela atau gamblong, hasil sisa dari produksi pati singkong.
“Dulu hampir semua warga Dusun usahanya membuat pati, sekarang tinggal 3 atau 4 orang saja sisanya sudah tidak buat lagi karena usia lanjut bahkan meninggal dunia,” ujarnya.
Trenggalek sendiri sejak lama dikenal sebagai Kota Gaplek, daerah penghasil singkong atau ketela pohon. Selain dijadikan gaplek, singkong juga dimanfaatkan warga untuk membuat tepung pati yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
“Tepung pati buatan warga sini, dulu dijual sampai ke Surabaya atau kota-kota lain tempat produksi jajanan,” lanjut Imam.
Imam mengenang, pasokan singkong untuk produksi pati dulu berasal dari berbagai daerah di Trenggalek seperti Dongko, Pule, hingga Bendungan. Dalam sekali produksi, ia bersama keluarganya bisa mengolah hingga 50 kilogram singkong menjadi tepung pati.
“Yang sisa hanya ceritanya, dulu sampai pukul 2 pagi masih memikul singkong dari truk, lalu digiling di pagi hari,” kata Imam.
Namun seiring berjalannya waktu, mesin penggilingan singkong terpaksa dijual. Imam kini fokus berdagang gamblong, ampas singkong yang biasa digunakan sebagai pakan ternak. Peluang usaha ini sudah ia lihat sejak masih aktif memproduksi pati.
“Awalnya ambil pakai gerobak dorong, malam-malam haripun saya tetap berangkat bahkan sama istri saya,” kenangnya.
Kini, Imam mendatangkan gamblong dari luar kota hingga luar provinsi karena produksi pati di Trenggalek sudah tidak lagi besar. Gamblong tersebut dijual ke warga atau peternak sekitar yang jumlahnya semakin banyak.
“100 karung 40 kilogram-an gamblong bisa habis sekitar 5 harian. Kalau sedang kurang stok, 30 karung bisa habis kurang dari 2 hari,” ujarnya.
Harga gamblong per karung berkisar Rp35.000 hingga Rp40.000, tergantung jenisnya. Gamblong kasar biasanya disukai kambing, sementara yang lembut digunakan untuk pakan unggas.
“Kalau 15 tahun sudah ada, produsen pati di sini mulai berguguran satu per satu,” tutur Imam.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz