Trenggalek – Sebuah studi memperingatkan dampak mengerikan jika Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, mengalami keruntuhan. Penelitian berjudul Analisa Keruntuhan Bendungan Tugu Kabupaten Trenggalek yang ditulis Pradoko Indra Purwanto, Pitojo Tri Juwono, dan Runi Asmaranto (2017) menunjukkan lebih dari 59 ribu jiwa berpotensi terdampak banjir besar hanya dalam hitungan detik setelah bendungan jebol.
Dalam simulasi menggunakan perangkat lunak HEC-RAS 5.0.1, skenario paling fatal adalah ketika terjadi overtopping atau limpasan air melewati puncak bendungan. Desa Nglinggis, yang berjarak 500 meter dari bendungan, akan menjadi titik terdampak pertama. Air setinggi 7,94 meter dengan kecepatan 12,44 meter per detik diperkirakan tiba dalam waktu kurang dari 40 detik.

Setelah itu, air terus bergerak cepat ke arah hilir. Tiga menit kemudian, Desa Pucanganak pada jarak tiga kilometer akan terendam dengan kedalaman tiga meter. Sekitar setengah jam kemudian, genangan setinggi dua meter mencapai Desa Jambu, lima kilometer dari lokasi bendungan. Gelombang air lalu menyapu Desa Winong, Sukorejo, hingga Gondang dalam waktu beberapa jam berikutnya.
Dalam catatan peneliti, puncak banjir akan meluas hingga ke wilayah perkotaan Trenggalek. Kelurahan Tamanan, yang berjarak lebih dari 13 kilometer, diprediksi terendam dengan ketinggian satu meter. Banjir baru benar-benar surut setelah lebih dari 60 jam, meninggalkan kerusakan parah di sepanjang jalur yang dilalui.
Kecamatan dan Desa Terdampak
Secara total, ada 14 desa di empat kecamatan yang terancam. Tiga desa yakni Nglinggis, Pucanganak, dan Jambu masuk kategori bahaya tinggi. Delapan desa lain masuk kategori sedang, dan tiga desa berada di zona bahaya rendah. Meski begitu, peneliti menekankan bahwa semua desa dalam jalur banjir berisiko terdampak.

“Keruntuhan bendungan mempunyai dampak yang sangat besar, sehingga diperlukan upaya pencegahan,” tulis para peneliti dalam jurnal tersebut. Mereka juga mencatat bahwa waktu tiba banjir sangat singkat, sehingga evakuasi harus dilakukan sejak status siaga diumumkan.
Hasil analisa ini diperkuat oleh keterangan resmi dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR pada 2011 yang menempatkan Bendungan Tugu dalam kategori bahaya sangat tinggi. Artinya, bila keruntuhan terjadi, potensi korban jiwa dan kerugian materi bisa mencapai skala besar.
Kasus keruntuhan bendungan pernah terjadi di Indonesia, salah satunya Bendungan Situ Gintung di Tangerang pada 2010 yang menewaskan 99 orang akibat overtopping. Di tingkat global, tragedi Banqiao Dam di Tiongkok pada 1975 menyebabkan ratusan ribu korban jiwa. Catatan ini menunjukkan bahwa skenario dalam penelitian bukan sekadar teori, melainkan potensi nyata yang bisa terjadi jika pengelolaan risiko tidak dijalankan secara konsisten.

Simulasi keruntuhan Bendungan Tugu menjadi peringatan dini bagi masyarakat dan pemerintah. Dengan waktu tiba banjir yang hanya hitungan detik di desa terdekat, kesiapsiagaan mutlak diperlukan. Tanpa mitigasi, hampir 60 ribu jiwa di Trenggalek akan tetap berada dalam bayang-bayang ancaman bencana besar.
Rekomendasi Peneliti
Untuk mencegah keruntuhan akibat overtopping, penelitian tersebut merekomendasikan sejumlah langkah teknis, di antaranya pembangunan spillway darurat selebar enam meter dan peninggian tubuh bendungan dari elevasi +259 meter menjadi +260 meter. Sementara untuk skenario piping, penurunan muka air waduk di bawah titik kerusakan dinilai dapat menekan risiko. Rekomendasi nonteknis juga diberikan, khususnya pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) di hulu bendungan agar erosi berkurang, lahan kritis dapat dipulihkan, dan daya serap tanah meningkat sehingga debit banjir bisa ditekan.
Selain langkah teknis, peneliti menilai penting dibangun sistem peringatan dini banjir atau Flood Warning and Forecasting System yang dilengkapi perangkat telemetry. Sistem tersebut diharapkan dapat memprediksi tinggi muka air dan debit banjir di titik-titik pengamatan, sehingga informasi bisa segera disebarkan ke masyarakat. Dengan demikian, warga memiliki cukup waktu untuk mengungsi sebelum banjir melanda.
Kabar Trenggalek - Trenggalekpedia
Editor:Tri