Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel

Di Balik Anyaman Tas Limbah, Ada Asa Ibu-Ibu Trenggalek Menyambung Ekonomi

Ibu-ibu Desa Gembleb Trenggalek isi waktu luang dengan menganyam tas dari limbah tali. Hasilnya jadi tabungan untuk keluarga.

  • 19 Sep 2025 10:00 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Puluhan ibu rumah tangga di Pogalan jadi buruh penganyam tas limbah tali.
    • Upah per tas antara Rp 2.500 hingga Rp 6.500, tergantung ukuran.
    • Tas anyaman dipasarkan hingga luar pulau, jadi tabungan warga desa.

    KBRT – Di sebuah rumah sederhana di Dusun Kayujaran, Desa Gembleb, Kecamatan Pogalan, suara gesekan tali bekas industri berpadu dengan tawa ringan ibu-ibu rumah tangga. Di sela kesibukan dapur dan sawah, mereka merajut tas anyaman. Bukan sekadar mengisi waktu, tapi juga untuk menambah tabungan keluarga.

    Siti Solikah (55), yang akrab disapa Bu Sol, sudah lima tahun lebih setia dengan pekerjaannya sebagai buruh penganyam. Duduk berjam-jam di lantai, tangannya cekatan menata pola. Hasilnya berupa tas dengan bentuk dan ukuran beragam.

    “Namanya rezeki jalannya begini, walaupun cuma duduk di badan tetap capek rasanya,” tutur Bu Sol sembari tersenyum.

    Di Desa Gembleb, pekerjaan ini sudah menjadi rutinitas puluhan rumah tangga. Bahkan, desa tetangga seperti Bendorejo pun ikut terlibat. Semua penganyam bekerja untuk satu pengepul yang menyediakan bahan baku sekaligus menyalurkan hasil produksi.

    Bagi Bu Sol, menganyam tas adalah cara lain menjaga asa. Upah yang ia terima memang tak seberapa, antara Rp 2.500 hingga Rp 6.500 per tas, tergantung ukuran. Ia memilih tas ukuran besar agar hasilnya lebih terasa.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    “Dalam sehari kalau ngebut bisa dapat empat tas, tapi sampai jam sembilan atau sepuluh malam baru selesai,” ujarnya.

    Meski begitu, uang yang didapat jarang langsung diambil. Kebanyakan penganyam memilih menunggu hingga terkumpul berbulan-bulan, bahkan tahunan, untuk dijadikan tabungan atau kebutuhan mendesak.

    Tas-tas anyaman dari Gembleb dan sekitarnya tak hanya beredar di pasar lokal. Menurut cerita, jumlah ribuan buah bisa dikirim ke luar pulau, hingga Sumatra.

    “Apapun yang penting menghasilkan. Saya tinggal bersama suami dan anak-anak sudah punya rumah sendiri. Kadang ke sawah, tapi ya masih jadi buruh,” lanjut Bu Sol.

    Di balik keletihan dan upah sederhana, ada semangat ibu-ibu desa yang bertahan lewat kerja tangan mereka. Dari limbah tali, mereka merajut harapan—satu simpul demi simpul.

    Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    SABGamehouse