KBRT – Cuaca panas yang melanda Kabupaten Trenggalek dalam beberapa hari terakhir membawa berkah tersendiri bagi para produsen kerupuk. Proses pengeringan bahan menjadi lebih cepat, meski peningkatan produksi belum diikuti dengan naiknya permintaan pasar.
Imam Syafii (62), produsen kerupuk asal Dusun Jatisari, Desa Pogalan, Trenggalek, mengaku cuaca panas sangat membantu dalam mempercepat proses penjemuran.
“Kalau panas seperti ini jemur kerupuknya enak, cepat kering. Tapi saat ini juga lagi lumayan sepi, produksi tidak bisa ikut naik,” ujar Imam.
Dalam sehari, Imam bersama empat tenaga kerjanya mampu mengolah sekitar 60 kilogram adonan kerupuk berbahan dasar tepung tapioka dan terigu. Namun, keterbatasan lahan membuatnya harus mengandalkan oven rakitan sendiri untuk mempercepat proses pengeringan sebelum digoreng.
“Kendalanya saya tidak punya lahan luas buat menjemur kerupuk dalam jumlah besar. Jadi setiap kali mau menggoreng harus di-oven dulu supaya bagus hasilnya,” ucapnya.
Imam memproduksi dua jenis kerupuk, yakni kerupuk matang dan kerupuk mentah jenis lempit. Produk buatannya dijual ke pedagang tetap di Pasar Subuh Trenggalek dengan harga Rp 80.000 per 5 kilogram dalam kondisi mentah.
Usaha kerupuk yang digeluti Imam telah berjalan sejak tahun 1986. Oven berbahan bakar gas LPG yang digunakannya merupakan hasil kreativitas pribadi dengan kapasitas sekitar 15 papan atau 30 kilogram kerupuk sekali proses.
“Kalau musim hujan, sering tidak buat. Bisa tiga hari lebih baru kering, itupun kadang gagal dan terpaksa dibuang untuk pakan ayam,” tuturnya.
Pasar utama kerupuk buatannya masih di wilayah Trenggalek dan Panggul. Sementara untuk luar daerah, produknya baru merambah ke Tulungagung.
“Bagaimanapun ini hanya usaha rumahan, belum seperti pabrik yang bisa produksi massal dan pengeringannya pakai oven besar,” kata Imam menutup percakapan.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz