Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Panen Cabai Rawit Bawa Berkah, Petani di Pogalan Raup Puluhan Juta Rupiah

  • 19 Apr 2025 14:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Gejolak harga cabai rawit selama dua bulan terakhir justru membawa angin segar bagi petani lokal. Solekan (53), seorang petani asal Desa Ngadirejo, Kecamatan Pogalan, meraup hasil memuaskan dari panen cabai rawit yang ditanamnya di sepetak sawah.

    Meski hanya menanam sekitar 800 pohon cabai di lahan seluas 40 ru, Solekan mengaku bersyukur panennya bertepatan dengan lonjakan harga pasar. Ia tak menghitung secara pasti jumlah cabai yang dipanen, namun dari hasil penjualannya, ia mampu meraup hingga Rp24 juta.

    “Awalnya saya tidak menyangka kalau puncak panen tanaman cabai saya bertepatan dengan kenaikan harga, ya saya tidak menghitung total cabai yang dihasilkan tetapi penjualan cabai saya sudah sampai 24 juta rupiah,” ujarnya.

    Ditemui saat memangkas sisa tanaman di lahannya, Solekan mengatakan bahwa meski tanaman cabainya masih berbuah, ia berencana mengganti tanamannya dengan ketimun.

    “Ya saya sangat bersyukur, puncak panen cabai bertepatan dengan harga yang saat itu menyentuh Rp110.000, dua kali saya panen dengan harga segitu, kira-kira dapat 60–70 kilogram dalam sekali panennya,” ungkapnya.

    Ia menjelaskan bahwa masa panennya sudah dimulai sejak sebelum Ramadan. Sebagian besar hasil panennya terjual saat harga cabai masih bertahan di kisaran Rp80.000 per kilogram.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    “Bibit cabai jenis Asmoro yang kali ini saya tanam memang buahnya terkenal banyak dan besar-besar, sampai sekarang pun kalau masih mau merawat ini bisa dipanen lagi,” imbuhnya.

    Solekan telah menekuni dunia pertanian cabai sejak tahun 1998. Menurutnya, dahulu belum banyak warga Desa Ngadirejo yang menanam hortikultura seperti cabai. Kini, tren mulai berubah, terutama di kalangan petani muda.

    “Sekarang para petani muda khususnya sudah banyak yang menanam sayur ataupun buah selain padi, ya berbeda jauh dengan dulu yang kebanyakan tetap menanam padi,” tandasnya.

    Ia bahkan memilih membeli beras daripada menanam padi di lahannya, karena hasil dari penjualan cabai dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarganya.

    “Namanya petani kalau pas beruntung ya bisa puas, makanya saya berprinsip untuk selalu mensyukuri hasil panen bagaimanapun kondisinya. Seperti kemarin saya masih dapat harga Rp60.000 saat menjual cabai, lalu hari ini tiba-tiba sudah turun ke Rp45.000,” pungkasnya.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    Lodho Ayam Pak Yusuf