KBRT – Harga bahan bakar bensin yang kian memberatkan membuat sejumlah petani di Desa Gembleb, Kecamatan Pogalan, Trenggalek, memilih menggunakan gas LPG 3 kilogram sebagai bahan bakar alternatif untuk mengairi sawah mereka. Langkah ini dinilai lebih hemat, meskipun disertai risiko kerusakan mesin diesel.
Suyanto (65), petani setempat, mengatakan bahwa pompa air berbahan bakar gas mampu beroperasi seharian dengan hanya satu tabung gas.
“Jika pakai bensin pertalite, satu kali mompa bisa habis 4 sampai 5 liter. Pakai tabung gas lebih hemat karena satu tabung penuh sudah cukup menghidupkan mesin seharian,” ujar Suyanto saat ditemui di sawahnya.
Baca Juga:Harga Pupuk Subsidi Trenggalek Dijual Melebihi HET, Petani Terbebani Ongkos Tambahan
Sawah milik Yanto, sapaan akrabnya, terletak di pinggir Jalan Raya Bendorejo, Desa Pogalan. Meski lokasinya tak jauh dari Sungai Ngasinan, ia mengaku tetap harus memompa air minimal seminggu sekali karena pasokan air dari sungai belum mampu mencukupi kebutuhan lahan pertaniannya.
“Mulai pagi hari tabung gas dapat menyalakan diesel sampai maghrib. Bahkan kalau masih baru beli bisa sampai isya sekitar jam 7 malam,” ungkapnya.
Dari sisi biaya, penggunaan LPG 3 kg memberikan penghematan signifikan. Jika menggunakan bensin, ia harus merogoh kocek hingga Rp40.000 sampai Rp50.000 sekali pompa. Sementara itu, satu tabung LPG hanya dibeli dengan harga tak sampai Rp20.000.
“Tidak ada modifikasi khusus, saya cuma pernah lihat ini dari teman lalu saya mencoba menirukan dan ternyata bisa,” lanjutnya.
Namun, Yanto tak menampik adanya risiko dalam penggunaan bahan bakar alternatif ini. Ia menyebut oli mesin menjadi lebih cepat kering dan piston diesel berpotensi rusak akibat pembakaran yang tidak sesuai standar.
Baca Juga: Petani Trenggalek Terjepit, Jatah Pupuk Menyusut Ancam Hasil Panen
“Triknya itu mesin harus diisi bensin sedikit dahulu, kalau sudah mau habis yang ditandai dengan suara mesin yang melambat, baru gas LPG disambungkan ke jalur bensin ke mesin pembakaran,” tandasnya.
Menurut Yanto, meski modifikasi ini tergolong aman jika dilakukan dengan hati-hati, tetap diperlukan kehati-hatian dalam mengatur tekanan gas.
“Kalau kebesaran tidak bisa hidup mesinnya, begitu juga kekecilan malah tidak hidup. Harus pas ngatur tekanannya,” katanya sambil memutar keran tekanan gas.
Penggunaan LPG sebagai pengganti bensin pada mesin diesel ini kini mulai marak diterapkan di kalangan petani sekitar. Mereka melihatnya sebagai solusi kreatif di tengah tekanan biaya operasional yang semakin tinggi, terutama saat musim tanam dan minim pasokan air irigasi.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz