Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Meski Ada Kemiripan, Ternyata Ini Perbedaan Pneumoniae dan Covid-19

Penyakit yang mewabah di China atau Tiongkok bagian utara cukup menghebohkan dunia. Pasalnya, penyakit pneumoniae mulai memakan korban dan kebanyakan anak-anak.

Ada yang menyamakan penyakit itu dengan Covid-19. Sebenarnya, ada perbedaan pneumoniae dan Covid-19.

Perlu diketahui, kedua penyakit itu sama-sama menyerang organ pernapasan, yakni paru-paru. Serta, gejala yang ditimbulkan seperti demam dan susah bernapas.

Berdasarkan laporan di Halodoc yang ditinjau Dokter Verury Verona Handayani, yang terjadi dimasyarakat COVID-19 sering tertukar dengan pneumonia, karena gejalanya sangat mirip.

Perbedaan Pneumoniae dan Covid-19 

[caption id="attachment_56665" align=alignnone width=1280] Ilustrasi bakteri yang menyerang paru-paru/Foto: Canva[/caption]

Penyakit akibat virus corona ini memiliki gejala yang hampir sama dengan pneumonia umum. Penyakit ini juga bisa menyebabkan radang paru-paru, yang merupakan salah satu jenis pneumonia.

Tapi, pneumonia akibat COVID-19 berbeda sedikit dengan pneumonia umum.

Pneumonia umum biasa disebut juga dengan paru-paru basah. Keadaan ini bisa menyebabkan radang pada kantong-kantong udara di satu atau dua paru-paru.

Infeksi ini bisa menyebabkan kantong udara pada saluran napas di paru-paru meradang dan berisi cairan. Tapi, penyakit ini bisa sembuh sendiri jika sistem kekebalan tubuh pengidapnya kuat.

Sementara itu, COVID-19 biasanya menyerang saluran napas atas yang kemudian bisa menyebar sampai ke paru-paru. Virus corona bisa menginfeksi saluran napas atas dan menyebabkan penyumbatan di organ napas itu.

Yang lebih buruk lagi adalah virus corona bisa menyebabkan kerusakan parah pada paru-paru jika tidak segera ditangani.

Lantas, apa saja perbedaan gejala yang bisa muncul dari pneumonia dengan COVID-19? Orang yang terkena COVID-19 bisa menunjukkan gejala seperti demam, batuk kering, sampai lelah sebagai tahap pertama.

Selain itu, pengidap juga bisa mengalami muntah, diare, nyeri otot, sampai mual. Tapi jika infeksi itu sudah menyebabkan pneumonia. Biasanya mengalami jantung berdebar, sesak napas, napas cepat dan pendek, sampai berkeringat banyak.

Sedangkan jika terkena pneumonia umum, beberapa gejala yang bisa terjadi adalah bibir dan kuku tampak biru, mengalami delirium, batuk yang mengeluarkan lendir, dan nyeri dada yang sangat terutama saat batuk.

Walaupun begitu, hal yang paling mencolok dari perbedaan gejala pneumonia, pada COVID-19 di awal penyakit adalah batuknya kering.

Jika seseorang sering mengalami batuk kering dan sulit bernapas, sebaiknya langsung periksa.

Gangguan ini lebih berisiko tinggi pada orang dengan usia di atas 65 tahun, penderita diabetes, tekanan darah tinggi, sampai masalah napas. Penting untuk mendapatkan penanganan cepat jika kamu benar-benar terjangkit virus corona.

Jika kamu tidak termasuk dalam kelompok yang berisiko tinggi untuk terkena COVID-10, coba tanyakan pada dokter tentang gejala yang kamu rasakan.

Dengan demikian, dokter akan menyarankan apakah kamu harus melakukan tes virus corona atau tidak. Pastikan selalu memperhatikan sesuatu yang aneh pada tubuhmu.

Tips Mencegah Pneumoniae

[caption id="attachment_47499" align=alignnone width=1280] Orang terpapar polusi udara/Foto: Freepik[/caption]

Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyerang paru-paru dan menyebabkan radang pada kantong-kantong udara di dalamnya.

Pneumonia bisa disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit.

Pneumonia bisa menyebabkan gejala seperti demam, batuk, sesak napas, nyeri dada, dan mengeluarkan dahak. Pneumonia juga bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti kegagalan napas, sepsis, atau kematian.

Untuk mencegah pneumonia, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Dengan menyadur informasi dari jurnal Management Kasus Gagal Nafas Pada Penyakit Pneumonia : A Literature Review (Universitas Muhammadiyah Surakarta) dan informasi di laman stoppneumonia.id, berikut tipsnya:

  • Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menjaga pola hidup sehat, seperti makan makanan bergizi, minum air putih yang cukup, berolahraga secara teratur, istirahat yang cukup, dan menghindari stres.
  • Menghindari paparan polusi udara, asap rokok, atau zat-zat kimia yang bisa merusak paru-paru. Jika bekerja di lingkungan yang berisiko, gunakan alat pelindung diri yang sesuai, seperti masker, sarung tangan, atau kacamata.
  • Menerapkan etika batuk dan bersin yang benar, yaitu menutup mulut dan hidung dengan tisu atau siku ketika batuk atau bersin, lalu membuang tisu bekas ke tempat sampah dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Hal ini bertujuan untuk mencegah penularan kuman penyebab pneumonia kepada orang lain.
  • Melakukan vaksinasi sesuai dengan usia dan kondisi kesehatan. Vaksinasi bisa membantu melindungi tubuh dari beberapa jenis bakteri atau virus yang bisa menyebabkan pneumonia, seperti streptococcus pneumoniae, haemophilus influenzae, influenza, atau COVID-19. Konsultasikan dengan dokter tentang jenis dan jadwal vaksinasi yang sesuai untuk diri sendiri atau anggota keluarga.
  • Segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala pneumonia, seperti demam tinggi, batuk kering, sesak napas, atau nyeri dada. Jangan menunda atau mengabaikan gejala tersebut, karena bisa menyebabkan penyakit pneumonia bertambah parah atau menular ke orang lain. Ikuti anjuran dokter tentang pengobatan yang tepat, seperti antibiotik, antiviral, atau obat-obatan lainnya.