Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel
ADVERTISEMENT

Membaca Langit, Menjaga Bumi: Upaya Hernawan Widyatmiko Menjaga Penanggalan Jawa

  • 31 Jul 2025 14:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Di tengah perubahan iklim yang semakin sulit diprediksi, seorang pria asal Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek, tetap setia pada warisan leluhur: Pranata Mangsa—ilmu membaca musim berdasarkan fenomena alam, seperti: Cuaca Trenggalek Kemarau Tapi Hujan.

    Namanya Hernawan Widyatmiko. Lahir dan besar di pedesaan, ia akrab dengan sawah, musim, dan cerita-cerita petuah orang tua yang selalu berpegangan pada tanda-tanda alam.

    Kini, di usia 51 tahun, pria yang akrab disapa Pak Henk itu telah menjadikan Pranata Mangsa sebagai jembatan antara kearifan lokal dan ilmu klimatologi. Ia mengemasnya dalam bentuk buku, mengganti nuansa mistis dengan pendekatan ilmiah berbasis klimatologi pertanian yang ia pelajari selama kuliah di Universitas Brawijaya, Malang.

    “Ojo ngramal-ngramal, Mas. Dosa,” kenangnya. Ungkapan itu ia terima dari atasannya di Dinas Pertanian Trenggalek pada 2006 saat dirinya menyampaikan prakiraan musim berdasarkan Pranata Mangsa.

    Pengalaman itulah yang mendorongnya menulis buku berjudul Mengenal Pranata Mangsa Melalui Pendekatan Dasar-dasar Klimatologi. Ia mulai menulis diam-diam di komputer kantor. Butuh waktu sepuluh tahun hingga naskah itu rampung pada 2016, lalu dicetak 1.000 eksemplar dua tahun kemudian.

    “Sekarang sudah cetak ulang dan terjual sekitar 1.500 eksemplar,” kata Pak Henk saat ditemui Kabar Trenggalek.

    Dalam buku tersebut, ia menjelaskan bahwa Pranata Mangsa bukan sekadar “mengatur musim”, tetapi lebih tepatnya “menyesuaikan tindakan dengan musim”. Ia membedakan dengan tegas antara Panata Mangsa dan Pranata Mangsa, dua istilah yang kerap disalahartikan masyarakat.

    Penulisan buku itu juga dilengkapi data ilmiah, seperti pergeseran iklim global, peredaran semu matahari, dan dampak emisi industri terhadap pola curah hujan. Semua itu ia pelajari dari berbagai sumber, termasuk siaran berita dan wawancara dengan para sesepuh desa.

    Lebih dari itu, Pranata Mangsa telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kelompok tani di Wonoanti. Berkat pemahaman tersebut, kelompok tani mampu menikmati panen hingga 14 kali dalam satu siklus tanam.

    “Hukum kekekalan energi itu sudah diterapkan leluhur lewat merawat sumber mata air,” jelasnya.

    Bagi Pak Henk, menjaga sumber mata air adalah bentuk penghormatan terhadap siklus alam. Parit-parit kecil yang mengalirkan air dari sumber ke sawah, yang dulu menjadi tempat anak-anak bermain dan mencari ikan, kini mulai langka. Tapi ia berusaha menghidupkannya kembali melalui kegiatan Grebeg Katobilan bersama warga.

    “Dulu air mengalir terus. Dari sumber langsung ke sawah. Saya masih ingat betul saat kecil sering nyari ikan di parit itu,” kenangnya.

    Kini, lebih dari tujuh sumber mata air tengah ia rawat bersama warga. Bagi mereka, menjaga sumber air berarti menjaga keseimbangan iklim. Sebab dari sanalah uap terbentuk, awan tercipta, dan hujan turun.

    Dengan Pranata Mangsa, ia bahkan mampu memperkirakan tren iklim ekstrem yang mungkin terjadi. Berdasarkan pola yang ia pelajari, bencana banjir bandang yang terjadi pada 2006, 2016, dan 2021 kemungkinan akan terulang pada 2026.

    “Semoga tidak terjadi. Tapi kalau melihat siklusnya, lima tahunan selalu ada banjir besar di Trenggalek,” ujarnya.

    Di akhir perbincangan, Pak Henk membagikan pengetahuan lain yang ia peroleh dari alam. Tentang semut yang meninggalkan sarangnya sebelum hujan deras, atau kepiting sawah yang naik ke permukaan ketika air tanah mengering.

    “Darimana semut tahu akan hujan? Itu masih misteri. Tapi perilaku itu konsisten sejak dulu. Sama seperti Pranata Mangsa, semuanya berasal dari pengamatan alam.”

    Bagi Pak Henk, menjaga alam bukan semata tentang pertanian. Tapi tentang keberlangsungan hidup, tentang keseimbangan energi, dan tentang warisan yang ingin ia teruskan kepada generasi mendatang.

    Kabar Trenggalek - Feature

    Editor:Zamz