KBRT – Tingginya curah hujan di Kabupaten Trenggalek berdampak langsung pada pola tanam padi. Jika tahun lalu petani hanya bisa panen dua kali, kini mereka berpeluang menanam hingga empat kali dalam setahun. Kondisi ini membuat kebutuhan pupuk subsidi meningkat tajam.
Analis Prasarana Sarana Pertanian (PSP) Dinas Pertanian dan Pangan Trenggalek, Sadriyati, mengungkapkan serapan pupuk subsidi tahun ini sudah mencapai 61 persen. Jenis pupuk yang paling banyak terserap adalah urea dan NPK. Sementara itu, serapan NPK formula dan pupuk organik masih rendah.
“Untuk tahun ini serapan subsidi sudah 61 persen, yang tinggi serapannya adalah urea dan NPK. Sedangkan NPK formula dan pupuk organik masih rendah,” ujar Sadriyati.
Menurut Sadriyati, rendahnya serapan NPK formula terjadi karena pupuk ini hanya digunakan untuk komoditas tertentu seperti kakao, serta terbatas di tiga kecamatan dengan kandungan karbon rendah. Sedangkan pupuk organik jarang dipakai karena sebagian besar petani sudah mampu memproduksinya secara mandiri.
Trenggalek tahun ini mendapatkan alokasi pupuk subsidi sebesar 29.288 ton, naik hampir 4 ribu ton dibanding tahun lalu yang hanya 25.292 ton. Dari jumlah itu, urea bertambah 864 ton, sedangkan NPK naik 1.504 ton.
Target pemerintah daerah, pada Oktober mendatang serapan pupuk bisa mencapai 90 persen, bahkan lebih dari 94 persen di akhir tahun, melampaui capaian 2024.
“Untuk daerah timur, terutama Kecamatan Durenan dan Pogalan, saat ini baru selesai tanam, ada juga yang baru mulai. Setelah masa tanam ini, serapan dipastikan meningkat,” jelas Sadriyati.
Peningkatan alokasi pupuk subsidi 2025 tak lepas dari tingginya capaian serapan tahun lalu. Selain itu, dukungan anggaran dari pemerintah pusat juga lebih besar dibanding tahun sebelumnya.
“Realisasi alokasi kita dari perencanaan sangat tinggi. Misalnya urea, mencapai 94 persen dari rencana. NPK sekitar 70 persen, dan NPK formula 82 persen,” pungkas Sadriyati.
Namun, tingginya kebutuhan pupuk juga membuka persoalan lain: ketergantungan petani pada pupuk kimia masih kuat, sementara distribusi jenis pupuk tertentu tidak merata. Kondisi ini berpotensi menimbulkan kesenjangan produktivitas antarwilayah jika tidak diantisipasi sejak dini.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Lek Zuhri