KBRT — Petani bawang merah di Trenggalek terpukul dua kali: hasil panen merosot dan harga jual anjlok usai Lebaran. Kondisi ini membuat banyak petani menimbang untuk beralih ke komoditas lain.
Saipudin (50), petani asal Desa Ngadirejo, Kecamatan Pogalan, mengatakan panen tahun ini turun drastis. Dari lahan 100 ru (1.400 meter persegi), ia hanya memanen enam kuintal bawang merah dari 40 kilogram bibit, padahal biasanya bisa mencapai sepuluh kuintal.
"Musim panen akhir Februari saya masih dapat harga Rp25.000 per kilogram. Saat puasa sempat Rp45.000, tapi setelah Lebaran turun jadi Rp37.000," ujarnya.
Dengan harga tersebut, Saipudin memperkirakan hasil panennya hanya laku sekitar Rp32.000 per kilogram di tingkat petani.
Ia menyebut penurunan produksi disebabkan tanah yang makin tidak subur setelah bertahun-tahun ditanami bawang merah tanpa rotasi tanaman.
"Kalau kondisi seperti ini terus, saya tidak akan tanam bawang merah lagi meski nanti harga naik. Perawatannya berat, hampir tiap hari harus ke sawah," tambahnya.
Saipudin sempat berencana menanam cabai yang menurutnya lebih mudah dirawat. Namun karena sudah terlanjur memiliki stok bibit bawang merah, ia urung mengganti komoditas.
Ia juga mengungkapkan panen terakhir terpaksa dipanen sendiri karena tidak ada tengkulak yang mau memborong.
"Biasanya saya sisakan bawang kecil-kecil untuk bibit agar hemat. Tapi kalau harga begini dan panen turun terus, saya harus pikir-pikir lagi," pungkasnya.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz